YAHUKIMO - Upaya kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk mempertahankan eksistensinya kembali dipertanyakan setelah Komandan Operasi TPNPB Kodap XVI Yahukimo, Mayor Kopitua Heluka, menyebarkan klaim sepihak mengenai aksi penyerangan terhadap aparat keamanan. Dalam pernyataannya, Kopitua Heluka bersama pasukan Batalion Yamue, Batalion Sisibia, dan Batalion Kanibal menyebut telah menewaskan sembilan aparat keamanan serta agen intelijen Indonesia dalam kontak senjata yang diklaim berlangsung sejak 21–23 September 2025.
Namun, klaim tersebut segera terbantahkan. Aparat keamanan menegaskan bahwa tidak ada korban dari pihak aparat dalam insiden tersebut. Faktanya, OPM justru bertindak brutal dengan melancarkan penyerangan secara membabi-buta yang menyasar masyarakat sipil tak berdosa. Aksi kekerasan itu semakin memperlihatkan wajah asli OPM yang mengabaikan keselamatan rakyat, meski selalu mengaku berjuang atas nama mereka.
Rakyat yang Jadi Korban
Tokoh masyarakat Yahukimo, Paskalis Heluka, mengaku prihatin mendalam atas jatuhnya korban sipil akibat serangan brutal tersebut. Ia menyebut propaganda OPM dengan klaim palsu hanyalah cara untuk menutupi kebiadaban mereka.
“OPM selalu bilang mereka berjuang untuk rakyat, tapi yang mati selalu rakyat. Mereka menembak orang yang hanya ingin bekerja. Bagaimana mungkin itu disebut perjuangan?” ungkap Paskalis dengan nada kecewa, Rabu (24/9/2025).
Bagi masyarakat, kebohongan demi kebohongan yang dilontarkan OPM semakin mengikis legitimasi kelompok itu. Aksi penembakan terhadap warga sipil menjadi bukti bahwa perjuangan yang mereka gembar-gemborkan tidak pernah benar-benar untuk rakyat Papua.
Masyarakat Sudah Muak dengan Hoax OPM
Tokoh pemuda Yahukimo, Yulius Silambe, menegaskan bahwa masyarakat kini semakin sadar akan pola propaganda OPM. Ia menyebut klaim penyerangan terhadap aparat hanyalah akal-akalan untuk menutupi kenyataan bahwa kelompok itu kehilangan dukungan dari rakyat.
“Kalau memang berani, hadapilah aparat. Jangan malah bunuh rakyat sipil dan kemudian klaim seolah berhasil menewaskan aparat. Itu jelas penipuan dan pengecut, ” tegas Yulius.
Menurutnya, warga Yahukimo sudah muak dengan kebohongan yang terus diulang. Alih-alih melindungi rakyat, OPM justru memperlihatkan keberadaan mereka sebagai sumber penderitaan.
Tokoh Adat Ingatkan Bahaya Propaganda
Dari wilayah Kurima, tokoh adat Markus Kobak juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang bersumber dari OPM. Ia menyebut propaganda kelompok itu hanya bertujuan menakut-nakuti dan menarik simpati.
“Masyarakat harus sadar, semua hoax itu untuk menakut-nakuti dan menarik simpati. Padahal korban sebenarnya justru kita sendiri, rakyat kecil. Itu sebabnya kami menolak kehadiran mereka, ” kata Markus.
Ia menegaskan, selama OPM terus mengandalkan hoax dan teror, yang paling menderita tetaplah masyarakat kecil yang ingin hidup damai.
OPM Kehilangan Dukungan, Rakyat Semakin Bersatu
Kejadian di Yahukimo ini sekali lagi menegaskan bahwa OPM lebih mengandalkan propaganda dan kebohongan dibanding perjuangan nyata. Klaim penembakan aparat hanyalah ilusi untuk menunjukkan eksistensi, sementara realita di lapangan berbicara lain: rakyatlah yang menjadi korban sebenarnya.
Kini, semakin banyak masyarakat Papua yang berani bersuara menolak OPM. Mereka sadar bahwa keamanan, pembangunan, dan masa depan anak-anak hanya bisa diwujudkan dengan kedamaian, bukan melalui teror dan kebohongan.
(APK/Redaksi (JIS)