Rakyat Papua Bicara: Janji Manis OPM Hanya Lukai Tanah Sendiri

12 hours ago 4

PAPUA - Kemarahan yang lama terpendam akhirnya pecah. Suara dari jantung Tanah Papua menggema lantang: “Kami lelah dibohongi.” Forum diskusi terbuka bertajuk “Papua Bicara: Suara Rakyat dari Tanah Luka” yang digelar di Wamena, Jumat (2/5/2025), menjadi panggung bagi jeritan hati masyarakat Papua yang selama ini merasa dimanfaatkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Dihadiri tokoh adat, pemuda, mama-mama Papua, dan perwakilan gereja dari berbagai kabupaten pegunungan, forum tersebut berubah menjadi ruang pengakuan penuh luka dan kecewa. Bukan tanpa sebab. Janji-janji kemerdekaan yang digembar-gemborkan OPM selama puluhan tahun kini dinilai hanya alat untuk memanipulasi rakyat dan meraup keuntungan kelompok tertentu.

“Kami dijanjikan keadilan, tapi justru kami yang jadi korban. Sekolah anak-anak dibakar, puskesmas ditutup, kampung kami dijadikan medan perang. Ini bukan kemerdekaan, ini teror, ” ujar Yuliana Wenda, tokoh perempuan dari Distrik Yalimo, dengan suara bergetar.

Dalam kesaksiannya, Yuliana menceritakan bagaimana warga desa ditekan untuk menyokong logistik bagi kelompok bersenjata, bahkan dipaksa menyembunyikan mereka dari aparat. “Kalau kami menolak, kami diancam. Kalau kami diam, kami ikut jadi korban. Lalu siapa yang peduli pada rakyat kecil seperti kami?”

Nada yang sama dilontarkan oleh Lukas Tabuni, pemuda Lanny Jaya, yang mengungkapkan betapa seringnya warga sipil dijadikan tameng hidup dalam konflik. “Kami bukan perisai! Anak-anak kami tidak bisa sekolah, takut mendengar tembakan. Ini bukan perjuangan, ini penindasan dengan topeng kemerdekaan.”

Suara-suara seperti ini menunjukkan bahwa kesadaran publik di Papua mulai bergeser. Dari yang dulunya diam karena takut atau simpati, kini rakyat mulai bersuara lantang. Mereka tak ingin lagi diperalat untuk agenda kekerasan yang tak pernah membawa kesejahteraan.

OPM, yang dulu dielu-elukan sebagai pembawa harapan, kini justru dicap sebagai pemicu penderitaan. Aktivitas mereka dinilai lebih banyak merusak daripada membangun. Dari desa yang dibakar hingga warga sipil yang tewas, masyarakat kini mempertanyakan: Untuk siapa sebenarnya perjuangan ini?

Rakyat Papua kini menuntut perdamaian yang nyata, pembangunan yang hadir, dan masa depan yang bisa diraba, bukan janji utopis yang hanya membawa air mata. (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |