PANGKEP SULSEL - Membangun daerah bukan sekadar membangun jalan dan gedung. Ia adalah upaya menyeluruh yang menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga tata kelola pemerintahan. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keberagaman potensi lokal, setiap daerah sesungguhnya memiliki kekuatan untuk tumbuh cepat dan mandiri, asalkan diarahkan dengan tepat dan terencana. Kunci utamanya adalah membangun dari akar, dari kebutuhan dan potensi rakyat itu sendiri.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah memetakan secara akurat kekuatan dan kelemahan daerah. Potensi sumber daya alam, budaya lokal, hingga kekuatan sosial seperti gotong royong dan solidaritas masyarakat harus diidentifikasi. Di sisi lain, hambatan seperti infrastruktur yang terbatas, akses pendidikan dan kesehatan yang rendah, serta minimnya lapangan kerja juga harus ditangani dengan solusi yang konkret. Perencanaan berbasis data dan partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam proses ini.
Pemerintah daerah memiliki peran sentral. Ia tidak boleh hanya menjadi pengelola anggaran, tetapi juga sebagai motor penggerak perubahan. Pemerintah harus hadir dengan inovasi, pelayanan yang efisien, dan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat kecil. Sistem pemerintahan desa dan kelurahan yang responsif dan transparan akan menjadi fondasi kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi jalan utama untuk menciptakan kesejahteraan. UMKM lokal harus didorong dengan pelatihan, modal, dan akses pasar. Produk olahan pertanian, hasil laut, serta kerajinan daerah bisa menjadi sumber ekonomi baru jika ditangani secara profesional. Bahkan, pasar tematik dan digitalisasi usaha lokal bisa menjadi jembatan agar pelaku usaha kecil bisa bersaing lebih luas.
Selain itu, pembangunan tidak akan bermakna tanpa sumber daya manusia yang unggul. Akses pendidikan yang merata, pelatihan vokasi berbasis potensi lokal, dan beasiswa untuk generasi muda adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan daerah. Masyarakat harus memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman, tidak hanya untuk bertahan hidup, tapi juga untuk berkembang.
Di sisi lain, kesehatan masyarakat juga menjadi prioritas. Kesehatan adalah fondasi dari produktivitas. Program puskesmas keliling, posyandu aktif, edukasi gizi, dan sanitasi lingkungan harus menjadi agenda utama. Program seperti DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) menjadi contoh konkret bagaimana pembangunan harus menyentuh dapur masyarakat, bukan hanya halaman depan rumah.
Kemajuan daerah juga akan lebih cepat jika didorong oleh kemitraan yang sehat antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil. Kolaborasi ini bisa menciptakan sinergi yang menghasilkan inovasi, teknologi tepat guna, serta program yang berdampak langsung pada masyarakat. Investor pun akan tertarik pada daerah yang stabil, transparan, dan punya visi jelas ke depan.
Namun, semua itu tidak akan berhasil tanpa semangat kolektif masyarakat. Kesadaran untuk membangun bersama, gotong royong, dan rasa memiliki terhadap kemajuan daerah menjadi energi yang tak tergantikan. Masyarakat bukan objek pembangunan, melainkan subjek utama. Ketika mereka dilibatkan secara aktif, maka pembangunan tidak akan mudah runtuh oleh perubahan zaman.
Akhirnya, membangun daerah adalah membangun harapan. Daerah yang maju bukan yang punya gedung tinggi, tapi yang mampu membuat rakyatnya hidup layak, sehat, dan bangga terhadap tempat tinggalnya. Dengan visi, keberanian, dan kolaborasi, setiap daerah di Indonesia, sekecil apa pun, bisa menjadi contoh kemajuan yang berakar kuat dan berbuah sejahtera.
Pangkep 4 Juli 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan