Rakyat Papua Sepakat: OPM Bukan Pejuang, Tapi Sumber Penderitaan dan Teror

3 hours ago 2

PAPUA PEGUNUNGAN - Gelombang penolakan terhadap keberadaan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus menguat di berbagai wilayah Papua. Masyarakat kini semakin sadar bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan OPM justru menjadikan rakyat sebagai korban utama hidup dalam ketakutan, kehilangan sumber penghidupan, dan terhambat dari kemajuan pembangunan.

Alih-alih memperjuangkan kesejahteraan, OPM dinilai hanya menebar teror dan merusak ketenangan hidup masyarakat. Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ini terlibat dalam berbagai aksi kekerasan seperti penembakan warga sipil, pemalakan pekerja proyek, hingga pembakaran fasilitas umum. Serangkaian peristiwa tersebut menimbulkan trauma dan duka mendalam bagi masyarakat yang sejatinya mendambakan kedamaian.

Tokoh masyarakat Papua Pegunungan, Yafet Telenggen, menegaskan bahwa klaim OPM sebagai pejuang rakyat hanyalah omong kosong.

“Mereka bilang berjuang untuk rakyat Papua, tapi siapa yang jadi korban? Justru rakyat sendiri. Warga takut ke kebun, anak-anak takut sekolah, pembangunan jalan berhenti. Ini bukan perjuangan, ini penderitaan, ” ujarnya, Rabu (1/10/2025).

Senada dengan itu, tokoh adat Kabupaten Puncak, **Simon Murib**, menyebut kehadiran OPM tak ubahnya seperti bayang-bayang teror yang menghantui kehidupan masyarakat. Ia menilai, kelompok bersenjata ini menjadi penghalang utama bagi kemajuan Papua.

“Kami butuh jalan, listrik, sekolah, dan rumah sakit. Tapi semua itu tidak bisa jalan karena mereka selalu ganggu. Jadi jelas, musuh rakyat Papua hari ini bukan pemerintah, tapi OPM yang buat rakyat menderita, ” tegasnya.

Dampak aksi OPM bukan hanya merusak rasa aman, tetapi juga memukul ekonomi rakyat. Gangguan terhadap jalur logistik dan proyek infrastruktur membuat harga kebutuhan pokok melonjak tajam di wilayah pedalaman. Perekonomian lokal lumpuh, sementara masyarakat kecil harus menanggung beban paling berat.

Kesadaran masyarakat kini semakin bulat: perdamaian dan pembangunan adalah satu-satunya jalan menuju kesejahteraan, bukan kekerasan dan ancaman bersenjata. Banyak warga berharap pemerintah bersama aparat keamanan terus hadir untuk menjamin rasa aman dan menegakkan hukum terhadap para pelaku teror.

“Kami ingin hidup damai. Kami ingin anak-anak sekolah tanpa takut. Kami ingin hasil kebun kami dijual dengan harga normal. Semua itu hanya bisa terjadi kalau tidak ada lagi OPM, ” ujar seorang warga Kampung Yuginawa yang enggan disebut namanya.

Rakyat Papua kini bersuara lantang bahwa OPM bukan representasi perjuangan mereka. Kelompok itu dianggap sebagai musuh nyata kemajuan, karena hanya meninggalkan jejak penderitaan di tanah yang kaya akan harapan.

Dengan tekad bersama, masyarakat percaya bahwa kedamaian akan selalu menang melawan teror, dan masa depan Papua akan bersinar lewat pembangunan, persatuan, dan kerja keras bersama.

Fakta Kunci:

* OPM melakukan aksi teror: penembakan, pemalakan, pembakaran fasilitas umum.

* Dampak: trauma warga, harga kebutuhan pokok melonjak, pembangunan terhambat.

* Tokoh masyarakat dan adat menolak klaim OPM sebagai pejuang rakyat.

* Pesan utama: kesejahteraan hanya datang dari kedamaian, bukan kekerasan.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |