Sebby Sambom Tebar Hoaks dan Ujaran Kebencian: Rakyat Papua Tegas Tolak Provokasi Pemecah Persatuan

3 hours ago 2

JAYAPURA - Jubir Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, kembali membuat pernyataan kontroversial yang sarat provokasi. Dalam sebuah pernyataan yang beredar, Sebby menuding bahwa masyarakat pendatang di Papua merupakan mata-mata aparat keamanan (Apkam), bahkan secara terbuka menyebut mereka sebagai ancaman yang layak dibunuh.

Pernyataan ekstrem ini sontak menuai kecaman keras dari berbagai kalangan di Papua, mulai dari tokoh masyarakat, pemuda, hingga **tokoh agama. Mereka menilai narasi yang dilontarkan Sebby tidak hanya menyesatkan dan penuh kebencian, tetapi juga berpotensi memecah belah persatuan serta memicu konflik horizontal di Bumi Cenderawasih.

Dalam pernyataannya, Sebby menyebut para pendatang sebagai “imigran dari negara kolonial Indonesia” dan menuduh mereka menjadi alat kekuasaan pemerintah. Ia bahkan menyampaikan secara terang-terangan bahwa rakyat pendatang “layak dihabisi” atas nama perjuangan separatisme. Narasi semacam ini dianggap berbahaya dan tidak memiliki dasar moral maupun kemanusiaan.

Tokoh masyarakat Papua, Yulius Wenda, dengan tegas menolak tudingan tersebut. Ia menyatakan bahwa Papua adalah rumah besar bagi semua anak bangsa yang hidup berdampingan dalam damai.

“Menyebut pendatang sebagai mata-mata dan ancaman adalah tuduhan tidak berdasar. Justru masyarakat pendatang banyak membantu pembangunan, membuka akses ekonomi, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Mereka saudara kita, bukan musuh, ” tegas Yulius, Jumat (26/9/2025).

Pandangan serupa disampaikan Markus Pekei, tokoh pemuda asal Paniai. Ia menilai ucapan Sebby hanyalah upaya untuk menebar ketakutan dan memperkeruh suasana di Papua.

“OPM sudah lama memakai isu SARA untuk memecah persatuan masyarakat. Tapi kami tidak mau terprovokasi. Kami tahu tujuan mereka hanya menciptakan ketidakstabilan dan menakut-nakuti warga. Kami menolak tegas narasi kebencian itu, ” ujar Markus.

Menurut Markus, masyarakat Papua kini semakin cerdas dan memahami bahwa provokasi semacam ini hanyalah alat politik untuk menanamkan kebencian terhadap negara dan sesama anak bangsa. Rakyat Papua, lanjutnya, tidak ingin lagi hidup dalam ketakutan akibat konflik yang tiada akhir.

Sementara itu, tokoh adat Lukas Tabuni dari Wamena menegaskan bahwa rakyat Papua merindukan kedamaian, bukan permusuhan.

“Cukup sudah konflik di tanah ini. Kami tidak butuh kebencian, kami butuh persatuan dan kedamaian. Jangan lagi ada pihak yang menebar kebohongan dan memecah masyarakat, ” ujarnya.

Para tokoh sepakat bahwa narasi hoaks yang ditebar Sebby Sambom tidak mewakili suara rakyat Papua. Sebaliknya, masyarakat menegaskan bahwa kehadiran pendatang merupakan bagian dari dinamika sosial dan pembangunan yang telah berjalan selama puluhan tahun di Tanah Papua. Banyak di antara mereka berkontribusi dalam sektor pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan pembangunan infrastruktur.

Kehidupan masyarakat Papua yang majemuk menjadi bukti bahwa kedamaian dan kebersamaan bisa terwujud jika dijaga bersama tanpa prasangka dan provokasi. Karena itu, masyarakat berharap aparat keamanan terus meningkatkan upaya pengamanan dan edukasi publik agar provokasi semacam ini tidak lagi meresahkan.

Kecaman terhadap Sebby Sambom menunjukkan bahwa dukungan terhadap narasi separatis semakin menurun, sementara semangat persatuan dan kebersamaan semakin menguat di kalangan masyarakat Papua.

Papua adalah bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya baik asli maupun pendatang memiliki hak yang sama untuk hidup aman, damai, dan sejahtera.

Dengan tegas, rakyat Papua menyampaikan pesan yang jelas:

“Kami menolak kebencian, kami memilih kedamaian.”

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |