Sebuah Catatan Kecil Dari Serimonial Pemberian Bea Siswa JHL Merah Putih Kasih Untuk 100 Mahasiswa Pertanian Unhas

4 hours ago 1

JAKARTA - Materi Kuliah Umum Jerry Hermawan Lo, Ketua Dewan Penasehat JHL Merah Putih Kasih (JHL Foundation) membuat Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr. Ir Jamaluddin Jompa, M.Sc, dengan segenap guru besar dan civitas akademika “Kampus Merah” itu terkesima, terkagum-kagum. Peristiwa itu terjadi di Gedung Rektorat Unhas, Selasa (28/10/2025), pada acara  penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara JHL Foundation dengan Rektor Unhas, serta Kesepakatan Kerjasama dengan Dekan Fakulustas Pertanian.

Dengan didampingi Lucas, SH - - pengacara cerdas yang masyur itu  - -  Sang Penantang berkisah pengalaman empirik yang kaya filosopis tentang Universitas Kehidupan (Life University), ketika masih kanak-kanak di Kota Medan, yang diberi nama Panca Krida, yakni: kesempatan, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan loyalitas. Ia memotifasi dirinya sendiri, bahwa  untuk menjadi kaya tidak boleh bergantung kepada keberuntungan. Tetapi harus kerja keras hingga tuntas membuahkan keberhasilan.

Di hadapan mahasiswa dan dosen Unhas, Jerry bercerita, ketika kecil dengan bertelanjang kaki, saban pagi, harus membantu ibunya berjualan nasi uduk dan kue. Kadang-kadang,  ia rebahan beristirahat di bawah pohon yang rindang, sembari memandang sebuah rumah megah, besar dan luas. Lamunan anak ke-4 dari 14 bersaudara itu mengembara, memimpikan suatu hari ia harus memiliki rumah yang besar dan menjadi kaya raya. Pengalaman masa kecilnya yang  ditempa dengan amat keras, serta dilanda ketakutan menjadi bodoh dan miskin, Jerry Hermawan Lo berhasil membentuk jiwanya menjadi petarung. Pada 1972 merantau ke Ibukota, hanya bermodalkan selembar tiket kapal laut Tampomas. 

Setelah jatuh bangun selama tiga dasawarsa, selain mampu berpikir cemerlang, kini ia benar-benar telah menjadi kaya raya. Di bawah bendera JHL Group, Jerry Hermawan Lo membangun portofolio bisnis  yang luas. Mulai dari jaringan hotel JHL Collections,  otomotif, pertambangan, media dan terakhir merambah agrobinis, membangun pabrik pengolahan kelapa terpadu memakai bendera PT Dewa Agricoco Indonesia, dengan target produksi 3 juta butir per hari. Dalam bisnis olahraga ia adalah pemilik Dewa United.

Dari hasil kekayaan yang diperolehnya ia berbagi memberi bea siswa, dengan bertekad mencetak 1000 sarjana pertanian. Jerry berujar, kunci kemakmuran Indonesia terletak pada sumber daya yang dapat dikelola dan dinikmati oleh bangsa sendiri, khususnya di bidang pangan. Terkait itu, ia menargetkan, dalam lima tahun bisa swasembada pangan dan menjadi eksportir utama dunia.

”Saya berhitung, lima tahun ke depan kita tidak hanya swasembada pangan. Tetapi juga menjadi eksportir pangan untuk dunia. Kita akan menjadi lumbung pangan dunia, ” seru Jerry Hermawan Lo dengan lantang. Ia mafhum benar, sedari dulu, negara tegas memberi ruang partisipasi kepada warga negara yang mampu dan memiliki komitmen untuk turut serta dalam pembangunan. Tidak terkecuali dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan, yang butuh solusi jitu dan peran serta banyak pihak.

Ditanya tentang visi dan misi besar JHL Foundation mencetak 1.000 sarjana pertanian, Jerry Hermawan Lo tegas mengaitkannya dengan kondisi riil Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah.

”Sayangnya, lahan-lahan pertanian yang sangat luas ini masih belum digarap dengan baik. Bahkan, salah dalam mengelolanya. Belum lagi, banyak anak muda yang tidak mau menjadi petani. Karena hidup petani saat ini masih jauh dari sejahtera, ” cetusnya.

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr. Ir Jamaluddin Jompa, M.Sc  menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Yayasan JHL Merah Putih Kasih atas pemberian 100 bea siswa untuk mahasisa Unhas. “Kisah hidup seorang Jerry Hermawan Lo sungguh sangat inspiratif ” tukasya. 

 Mahasiswa Asal Rampi Mendapat Bea Siswa
Atas rekomendasi PT. Kalla Arebamma, mahasiswa asal Rampi mendapat alokasi bea siswa dari Yayasan JHL Merah Putih Kasih sebanyak 50 orang. Dari  100 bea siswa yang diterima Unhas. Secara simbolik 50 bea siswa tersebut diterima dengan diwakili oleh Herman Lasoru, Tokey Tongko Majelis Adat Rampi.

Rampi adalah sebuah kecamatan sangat terpencil dan terisolir terletak di Kab. Luwu Utara, Sulawesi Selatan, luas 1.565, 66 km2, dan terdiri enam desa, yaitu Onondowa, Sulaku, Leboni, Tedeboe, Dodolo, dan Rampi, jumlah penduduk sebanyak 3.164 jiwa, terdiri 1.600 laki-laki dan 1.464  perempuan, dengan  tingkat kepadatan penduduk  2 jiwa/km2. 

Secara geografis, Rampi terletak  di kawasan pegunungan Kambuno, dengan  jalan menanjak setinggi 2000 meter dari Masamba. Kemudian menurun sekitar 1000 meter. Topografi yang berbukit-bukit membuat pembangunan infrastruktur jalan menjadi sulit dan buruk, dengan aksesibilitasnya terbatas. Hal ini telah menyebabkan fasilitas jalan eksisting sangat tidak memadai – sulit dilalui – hanya bisa dijangkau dengan moda transportasi tertentu seperti kendaraan khsusus atau bahkan melalui jalur sungai.

Jarak dari Desa Onondowa yang menjadi Ibukota Rampi, menuju Masamba kira-kira 86 km, dengan akses jalan yang ekstrem sulit dijangkau. Karena letaknya yang terpencil, Rampi memiliki  sarana dan fasilitas kesehatan masih sangat terbatas. 1 (satu) Puskesmas di Desa Sulaku, dengan 3 (tiga) Puskesmas Pembantu yaitu;  Pustu Leboni, Pustu Onondowa, Pustu Tedeboe, serta 2 (dua)  Poskesdes Dodolo dan Poskesdes Rampi. Listrik non PLN hanya memiliki 715 pelanggan.(Spyn). 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |