Semakin Brutal, OPM Kodap XV Ngalum Kupel Gunakan Bahan Peledak di Kiwirok: Rakyat Papua Jadi Korban, Dunia Keheningan Dilanggar Dentuman Teror

2 hours ago 2

Kiwirok, Papua Pegunungan - Deru ledakan mengguncang kedamaian warga Distrik Kiwirok. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel kembali berulah, kali ini dengan tingkat kebrutalan yang mengkhawatirkan: menggunakan bahan peledak untuk menyerang masyarakat sipil.

Aksi ini bukan hanya menebar ketakutan, tetapi juga menunjukkan bahwa perjuangan yang mereka klaim kini telah berubah menjadi teror membabi buta terhadap rakyat Papua sendiri.

Ledakan di Tengah Pemukiman, Rakyat Jadi Sasaran

Menurut informasi yang dihimpun, insiden terjadi pada Minggu (12/10/2025) ketika kelompok bersenjata OPM melancarkan serangan di sekitar pemukiman warga. Dentuman keras terdengar dari arah perkampungan, disusul dengan kepanikan warga yang berhamburan mencari perlindungan.

Sejumlah warga dilaporkan luka-luka, dan beberapa rumah mengalami kerusakan akibat getaran ledakan.

Dalam pernyataan publiknya, Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, justru mengakui penggunaan bahan peledak secara sengaja dalam serangan tersebut. Ia beralasan bahwa tindakan itu dilakukan untuk “menghukum masyarakat asli Papua” yang menolak bergabung dengan mereka dan dianggap menjadi “mata-mata pemerintah”.

Pernyataan tersebut sontak memicu kemarahan luas di kalangan masyarakat Papua sendiri. Banyak tokoh menilai tindakan OPM kini sudah jauh dari nilai perjuangan dan kemanusiaan.

Tokoh Gereja: “Mereka Bunuh Sesama Papua!”

Pendeta Markus Balik, tokoh gereja di Kiwirok, tak mampu menutupi kesedihannya melihat warga jemaatnya menjadi korban kekerasan kelompok yang mengaku memperjuangkan Papua.

“Tindakan ini sungguh tidak bisa diterima. Mereka yang mengaku berjuang untuk Papua justru membunuh orang Papua sendiri. Di mana hati nurani mereka? Tuhan tidak pernah mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuan apa pun, ” ujarnya dengan suara bergetar namun tegas.

Pendeta Markus menegaskan bahwa gereja akan terus berdiri bersama masyarakat untuk menyerukan perdamaian dan menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan OPM.

Tokoh Adat: “Kami Sudah Lelah Hidup dalam Ketakutan”

Duka yang sama dirasakan oleh Kepala Suku Besar Ngalum, Yonas Kopelo, yang menilai tindakan OPM sudah tak lagi memiliki arah perjuangan.

“Kami sudah lelah hidup dalam ketakutan. Anak-anak tidak bisa sekolah, warga takut ke kebun, dan ekonomi lumpuh. Kalau mereka benar-benar peduli pada tanah ini, seharusnya mereka bantu membangun, bukan menghancurkan, ” tegasnya.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat adat untuk bersatu melindungi kampung dari provokasi dan teror bersenjata, agar kehidupan damai bisa kembali terwujud di tanah pegunungan yang selama ini mereka jaga dengan cinta.

TNI-Polri Perketat Pengamanan, Buru Pelaku Teror

Aparat gabungan TNI dan Polri kini memperketat patroli di sekitar wilayah Kiwirok dan sekitarnya untuk memastikan keamanan warga. Sumber di lapangan menyebutkan bahwa bahan peledak yang digunakan diduga berasal dari material sisa proyek pembangunan yang dicuri oleh kelompok OPM.

Operasi pengejaran terhadap pelaku tengah berlangsung. Aparat berkomitmen menindak tegas para pelaku kejahatan kemanusiaan ini, dengan tetap mengutamakan keselamatan masyarakat sipil.

Kehilangan Arah, OPM Kini Jadi Musuh Rakyat Sendiri

Serangan brutal di Kiwirok mempertegas perubahan wajah OPM dari kelompok separatis menjadi kelompok teroris yang menebar ketakutan di tanah kelahirannya sendiri.

Semakin hari, dukungan rakyat terhadap OPM kian menipis. Sebaliknya, kesadaran masyarakat Papua makin tumbuh bahwa masa depan hanya bisa dibangun lewat pendidikan, persatuan, dan kedamaian.

Papua tidak butuh ledakan bom, tapi ledakan semangat untuk maju. Tidak butuh teror, tapi pengetahuan dan persaudaraan.

Dan selama rakyat berdiri bersama, tidak ada kekuatan yang bisa memadamkan cahaya kedamaian di Tanah Papua.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |