Dogiyai, Papua Tengah - Seruan damai menggema dari Tanah Papua. Dari Kabupaten Dogiyai, masyarakat bersama tokoh agama bangkit menyuarakan penolakan terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mereka menilai kelompok bersenjata itu bukan pembawa kemerdekaan, melainkan sumber penderitaan dan ketakutan bagi warga.
Gerakan moral ini dipelopori oleh Bapa Katekis Germanus Goo, tokoh agama Katolik yang dikenal aktif mengajak masyarakat hidup damai, taat hukum, dan menjauhi kekerasan. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa warga Dogiyai sudah muak dengan aksi teror, intimidasi, dan pemerasan yang dilakukan OPM.
“Kami tegas menolak kehadiran OPM yang selalu membawa penderitaan bagi rakyat Papua. Kami ingin hidup tenang, beribadah dengan damai, dan bekerja tanpa rasa takut, ” tegas Bapa Germanus Goo, Senin (6/10/2025).
Petisi penolakan terhadap OPM yang digagas Bapa Germanus kini mendapat dukungan luas dari seluruh elemen masyarakat mulai dari tokoh adat, pemuda, kaum perempuan, hingga aparat kampung. Petisi tersebut menjadi simbol tekad masyarakat Dogiyai untuk hidup damai dan menolak segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan perjuangan.
Salah satu tokoh masyarakat, Yonas Tebai, mengaku masyarakat selama ini hidup di bawah bayang-bayang ancaman OPM.
“Kami lelah hidup dalam ketakutan. OPM sering datang memaksa warga memberikan uang dan bahan makanan. Mereka bilang berjuang untuk Papua, tapi yang mereka lakukan justru menyengsarakan orang Papua sendiri, ” ujarnya dengan nada tegas.
Petisi ini kini tengah dikumpulkan tanda tangan dari berbagai distrik di Dogiyai dan akan segera diserahkan kepada pemerintah daerah dan aparat keamanan sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap upaya menciptakan stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut.
Gerakan ini menjadi bukti bahwa rakyat Papua menginginkan kedamaian sejati, bukan kekerasan bersenjata. Dogiyai kini menjadi contoh nyata bahwa suara rakyat yang bersatu bisa menjadi kekuatan moral yang menolak separatisme dan menegakkan nilai kemanusiaan di Tanah Papua.
“Papua tidak butuh perang. Papua butuh damai, cinta, dan masa depan yang sejahtera bagi anak-anak kami, ” tutup Bapa Germanus dengan penuh harap.
(APK/ Redaksi (JIS)









































