Suara Rakyat Papua Menggema: Bersatu Menolak OPM yang Hanya Membawa Penderitaan

2 hours ago 1

PAPUA - Gelombang penolakan terhadap keberadaan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian menguat. Dari berbagai wilayah, suara rakyat Papua bergema lantang: mereka tidak lagi ingin hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan penderitaan yang selama ini ditimbulkan oleh aksi brutal kelompok tersebut.

Masyarakat yang menjadi korban langsung intimidasi, pemerasan, dan kekerasan OPM kini bangkit bersatu. Mereka sepakat, kehadiran OPM di tanah Papua tidak membawa solusi, melainkan hanya menghadirkan luka dan menghambat kehidupan sehari-hari.

OPM Dinilai Hanya Mengatasnamakan Rakyat

Tokoh masyarakat Kabupaten Puncak, Lukas Murib, menegaskan bahwa OPM tidak pernah benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat Papua. Justru, kata Lukas, kelompok itu hanya menggunakan nama rakyat untuk membenarkan tindakannya.

“OPM selalu mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatlah yang jadi korban. Kami sudah cukup menderita. Kehadiran mereka bukan solusi, tapi sumber penderitaan, ” tegas Lukas, Rabu (24/9/2025).

Pernyataan keras ini mencerminkan kejenuhan masyarakat Papua terhadap situasi yang terus berulang: ketakutan yang tidak berkesudahan, serta penderitaan yang mereka tanggung akibat aksi kelompok bersenjata.

Harapan Generasi Muda Papua

Dari Kabupaten Yahukimo, suara serupa datang dari tokoh pemuda setempat, Hendrikus Heluka. Ia menilai sudah saatnya masyarakat Papua berdiri bersama menolak keberadaan OPM yang hanya menebar teror.

“Kami ingin Papua maju, anak-anak kami sekolah, masyarakat bisa bekerja tenang. OPM hanya membawa ketakutan. Kami sepakat, sudah waktunya rakyat Papua bersatu menolak mereka, ” ujar Hendrikus.

Menurut Hendrikus, generasi muda Papua ingin fokus pada pendidikan, pembangunan, dan masa depan yang lebih cerah, bukan terus hidup dalam situasi penuh ancaman.

Tokoh Adat: OPM Hambat Pembangunan

Kritik keras juga disampaikan dari kalangan tokoh adat. Kepala suku dari wilayah Pegunungan Tengah, Markus Wonda, menilai bahwa ulah OPM justru membuat masyarakat Papua tidak bisa menikmati hasil pembangunan yang dilakukan pemerintah.

“OPM sering merusak fasilitas umum, membakar sekolah, puskesmas, dan menghalangi proyek pembangunan. Bagaimana rakyat bisa sejahtera kalau begitu terus? Kami tidak butuh OPM, kami butuh kedamaian, ” ungkap Markus.

Tindakan perusakan terhadap fasilitas publik menjadi bukti nyata bahwa aktivitas OPM lebih banyak merugikan masyarakat daripada memperjuangkan kepentingan mereka.

Rakyat Bangkit, Menolak Hidup dalam Teror

Gelombang penolakan ini menunjukkan adanya perubahan kesadaran di kalangan masyarakat Papua. Mereka menolak dijadikan tameng, menolak dijadikan korban, dan menolak terus hidup di bawah intimidasi kelompok bersenjata.

Kini, suara rakyat Papua semakin jelas: mereka mendambakan kedamaian, pembangunan, dan kesejahteraan. OPM tidak lagi memiliki tempat di hati rakyat, karena masyarakat sudah sepakat bahwa jalan menuju masa depan Papua yang lebih baik hanyalah melalui perdamaian, bukan kekerasan.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |