Terkepung di Puncak Ilaga, OPM Minta Operasi Dihentikan: Rakyat Papua Menginginkan Damai dan Keamanan

3 hours ago 1

Puncak Ilaga, Papua Tengah - Ketegangan di wilayah Puncak Ilaga, Papua Tengah, semakin memuncak setelah kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap III Puncak Ilaga kini terpojok oleh operasi gabungan yang dilakukan oleh TNI-Polri. Dalam beberapa hari terakhir, aparat keamanan telah berhasil mempersempit ruang gerak kelompok bersenjata tersebut, menjadikannya terjebak dan semakin terdesak.

Kelompok OPM yang sebelumnya dikenal terlibat dalam berbagai aksi kriminal, termasuk pembakaran fasilitas pemerintah, penembakan terhadap warga sipil, dan penyanderaan pekerja konstruksi, kini terpaksa mengajukan permintaan agar operasi yang dilakukan aparat dihentikan. Namun, permintaan ini justru memicu keprihatinan dan kecaman dari masyarakat yang selama ini hidup dalam ketakutan akibat aksi-aksi kekerasan kelompok tersebut.

Kehidupan Warga yang Tertekan, Masyarakat Menyambut Kehadiran Apkam

Salah seorang tokoh masyarakat Puncak, Bapak Yulianus Tabuni, menilai bahwa langkah tegas yang diambil aparat adalah bentuk perlindungan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Papua.

“Selama ini kami hidup dalam ketakutan karena ulah OPM. Mereka membakar sekolah, mengancam guru, dan merusak fasilitas kesehatan. Sekarang ketika aparat hadir dan mempersempit ruang gerak mereka, justru mereka minta belas kasihan. Ini bukti bahwa mereka sudah terdesak, ” ujar Yulianus dengan nada tegas, Minggu (12/10/2025).

Yulianus juga mengungkapkan bahwa selama operasi berlangsung, kehidupan masyarakat di Puncak Ilaga mulai kembali normal. Sekolah-sekolah yang sempat ditutup kini mulai dibuka, dan warga dapat kembali bekerja tanpa rasa takut.

Aparat Keamanan Berhasil Amankan Wilayah, Beberapa Anggota OPM Menyerahkan Diri

Informasi yang diperoleh dari pihak keamanan menyebutkan bahwa beberapa wilayah yang sebelumnya menjadi basis utama OPM Kodap III Puncak Ilaga kini berhasil diamankan. Beberapa anggota kelompok dilaporkan menyerahkan diri, sementara sebagian lainnya melarikan diri ke hutan untuk menghindari pengejaran.

Dalam operasi tersebut, aparat juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang mencakup senjata api rakitan, amunisi, serta dokumen strategi yang digunakan oleh kelompok tersebut. Selain itu, aparat juga menyita bendera Bintang Kejora, simbol separatisme yang selama ini digunakan oleh OPM untuk menentang NKRI.

Tokoh Agama: “Aparat Membawa Kedamaian, OPM Menebar Ketakutan”

Pendeta Amos Wanimbo, tokoh agama setempat, juga memberikan apresiasi terhadap keberhasilan operasi gabungan TNI-Polri yang membawa rasa aman bagi masyarakat.

“Kami di gereja melihat langsung bagaimana masyarakat bisa kembali beraktivitas setelah Apkam hadir. OPM selama ini menebar ketakutan, bukan membela rakyat. Jadi sudah saatnya masyarakat sadar siapa yang benar-benar peduli pada kedamaian, ” tutur Pendeta Amos dengan penuh keyakinan.

Pendeta Amos juga menegaskan bahwa masyarakat sudah cukup lama menderita akibat aksi teror yang dilakukan oleh kelompok OPM. Kehadiran aparat, lanjutnya, bukanlah ancaman, tetapi justru harapan untuk masa depan yang damai bagi rakyat Papua.

Rakyat Papua Menyadari Pentingnya Keamanan dan Perdamaian

Kini, dengan operasi yang tengah berjalan di Puncak Ilaga, masyarakat semakin sadar bahwa kehadiran aparat keamanan bukanlah ancaman, melainkan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Rakyat Papua semakin mengerti bahwa perdamaian hanya dapat tercapai jika kekerasan dihentikan, dan mereka memilih untuk bersatu membangun Papua dalam kedamaian dan keamanan di bawah naungan NKRI.

Masyarakat semakin percaya bahwa Papua yang aman dan sejahtera hanya bisa terwujud dengan adanya persatuan, pendidikan, dan kerja sama antara semua elemen bangsa. Keberadaan TNI-Polri di Puncak Ilaga menjadi simbol ketegasan negara dalam melindungi rakyatnya dari kekerasan bersenjata, serta memastikan bahwa Tanah Papua tetap menjadi bagian yang aman dan sejahtera dari Indonesia.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |