INTAN JAYA - Situasi keamanan di pedalaman Intan Jaya kembali memanas setelah kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap VIII mengeluarkan ancaman terbuka terhadap warga sipil. Dalam pesan yang beredar di masyarakat, kelompok tersebut menyatakan akan menembak siapa pun yang menolak menyerahkan Bamak (Bantuan Makanan) yang dimiliki warga.
Ancaman itu segera menimbulkan gelombang ketakutan di kalangan masyarakat, terutama di desa-desa terpencil yang menjadi jalur perlintasan kelompok bersenjata. Warga melaporkan adanya peningkatan patroli dan tekanan agar mereka menyerahkan logistik, termasuk bahan makanan dan kebutuhan dasar rumah tangga.
Perempuan, anak-anak, dan lansia menjadi kelompok paling rentan dalam situasi ini. Banyak di antara mereka kini memilih bersembunyi atau mengungsi sementara ke daerah yang dianggap lebih aman.
Kepala adat setempat, Elias Yagibalom, mengecam keras tindakan intimidasi bersenjata yang mengancam keselamatan warganya. Ia menilai tindakan OPM tersebut telah melampaui batas kemanusiaan dan merusak tatanan sosial masyarakat yang selama ini hidup damai.
“Kami hidup berdampingan. Memaksa warga menyerahkan kebutuhan mereka dengan ancaman senjata adalah tindakan keji. Orang tua dan anak-anak kami berhak aman. Ini bukan perjuangan ini kejahatan terhadap sesama, ” tegas Elias di Distrik Homeyo, Selasa (14/10/2025).
Elias juga meminta pemerintah dan aparat keamanan untuk segera mengambil langkah perlindungan nyata agar masyarakat tidak terus menjadi korban kekerasan dan pemerasan oleh kelompok bersenjata.
Seruan senada datang dari kalangan rohaniwan. Pendeta Markus Murib, tokoh gereja di wilayah Pegunungan Tengah, menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ancaman terhadap warga sipil.
“Gereja mengecam segala bentuk kekerasan. Mengancam nyawa warga untuk mendapatkan pasokan makanan adalah penghancuran nilai kemanusiaan. Kita harus lindungi anak-anak dan keluarga dari praktik seperti ini. Papua tidak akan damai bila rakyatnya terus hidup dalam ketakutan, ” ujarnya.
Pendeta Markus menegaskan bahwa kekerasan bukan jalan menuju keadilan, dan semua pihak harus kembali ke nilai kemanusiaan, kasih, serta persaudaraan sebagai dasar hidup bersama di Tanah Papua.
Kasus ancaman penembakan terhadap warga yang menolak menyerahkan Bamak ini kembali menegaskan betapa rentannya keamanan sipil di sejumlah wilayah Papua.
Banyak pihak menilai bahwa penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan harus diimbangi dengan pendekatan kemanusiaan dan perlindungan sosial, agar masyarakat dapat kembali hidup tenang dan pembangunan tidak terhambat oleh teror bersenjata.
Situasi di Intan Jaya kini menjadi ujian bagi seluruh elemen bangsa untuk menjaga Papua tetap damai — tanpa rasa takut, tanpa ancaman, dan tanpa kekerasan.
(APK/Redaksi (JIS)