Teror di Jalan Trans Nabire: OPM Kodap VIII Intan Jaya Bunuh Warga Papua Sendiri

4 hours ago 2

INTAN JAYA - Suasana mencekam kembali menyelimuti Tanah Papua. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap VIII Intan Jaya di bawah pimpinan Aibon Kogoya kembali menebar teror di Jalan Trans Nabire, Minggu (19/10/2025). Aksi brutal tersebut menewaskan seorang warga sipil asal suku Papua yang tengah melintas tanpa senjata dan tak bersalah.

Menurut informasi yang dihimpun dari warga setempat, korban saat itu sedang dalam perjalanan menggunakan mobil pribadi ketika kelompok OPM melakukan penghadangan di ruas jalan tersebut. Tanpa alasan yang jelas, mereka melepaskan tembakan membabi buta ke arah pengguna jalan. Salah satu peluru menembus tubuh korban hingga tewas di tempat.

“Ini tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Korban adalah anak Papua yang sedang mencari nafkah untuk keluarganya. Aibon Kogoya dan kelompoknya telah kehilangan arah perjuangan ini bukan lagi membela rakyat Papua, tapi membunuh saudara sendiri, ” tegas Yulianus Wandikbo, tokoh masyarakat Intan Jaya, saat ditemui Senin (20/10/2025).

Kekerasan yang dilakukan kelompok bersenjata tersebut menambah panjang daftar aksi brutal OPM terhadap warga sipil di wilayah Intan Jaya. Banyak pihak menilai tindakan itu semakin menjauhkan mereka dari simpati masyarakat Papua sendiri, yang kini justru menjadi korban utama dari ambisi kelompok separatis bersenjata.

Tokoh adat Intan Jaya, Nikolas Tabuni, menilai tindakan OPM di bawah Aibon Kogoya sudah tidak mencerminkan semangat perjuangan, melainkan tindakan biadab yang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Papua.

“Kami orang Papua ingin hidup damai. Jalan Trans Nabire itu untuk rakyat mencari kehidupan, bukan arena perang. Aibon Kogoya harus berhenti menumpahkan darah orang Papua. Kami sudah lelah dengan kekerasan, ” ujar Nikolas dengan nada penuh harap.

Masyarakat di Intan Jaya kini hidup dalam ketakutan. Jalan Trans Nabire yang seharusnya menjadi jalur vital penghubung ekonomi antarwilayah berubah menjadi jalur maut setiap kali kelompok bersenjata muncul. Aktivitas warga pun terhenti, dan roda ekonomi setempat semakin tersendat.

Tokoh agama setempat, Pendeta Samuel Wonda, juga menyerukan agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk melindungi rakyat Papua dari kekerasan yang terus berulang.  

“TNI dan Polri harus hadir dengan tegas tapi tetap humanis. Warga sipil tidak boleh lagi menjadi korban. Papua tidak butuh perang, Papua butuh damai dan pembangunan, ” tegas Pendeta Samuel.

Kejadian ini kembali memperlihatkan bagaimana kekerasan yang dilakukan OPM justru menimbulkan luka mendalam di hati rakyat Papua sendiri. Seruan damai dari tokoh adat dan masyarakat kini menggema, menuntut berakhirnya tindakan kejam yang mengorbankan rakyat tak berdosa.

(MN/AG)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |