BARRU - Upaya membekali petani dengan 'senjata' melawan ketidakpastian cuaca dan perubahan iklim di Sulawesi Selatan terus digencarkan.
Anggota Komisi V DPR RI, Ir. H. Teguh Iswara Suardi, M.Sc., secara resmi membuka Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik BMKG di Kabupaten Barru, Rabu (8/10/2025).
Kegiatan yang digelar di Hotel Youtefa ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan sebuah gerakan literasi iklim yang bertujuan nyata, mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas pertanian di tengah tantangan perubahan iklim.
Sebanyak 30 peserta yang terdiri dari penyuluh pertanian, perwakilan kelompok tani, dan penggiat pertanian lainnya, siap menerima ilmu langsung dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dalam sambutannya, Legislator Dapil Sulsel II dari Fraksi NasDem, Teguh Iswara Suardi, menegaskan pentingnya program ini.
"Kegiatan ini diharapkan dapat membekali petani tentang pengetahuan cuaca dan iklim agar dapat menyesuaikan pola tanam, mengurangi risiko gagal panen, dan menyebarkan ilmu kepada masyarakat, " ujar Teguh.
Ia juga menekankan bahwa SLI Tematik ini adalah gerakan kolaboratif berkelanjutan antara BMKG, pemerintah daerah, dan masyarakat.
"Kami harap melalui kegiatan ini, dapat meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di Kabupaten Barru, " tambahnya, menaruh harapan besar pada peran petani dan penyuluh.
Kepala UPT Stasiun Klimatologi BMKG Sulsel, Ayi Sudrajat, menjelaskan bahwa tujuan utama SLI Tematik adalah menjadikan petani Barru lebih adaptif dan tangguh.
"Kami ingin meningkatkan literasi iklim dan membekali petani dengan pemahaman informasi cuaca dan iklim. Tujuannya jelas, untuk membantu petani menyusun strategi, menyesuaikan pola tanam, dan meminimalkan dampak perubahan iklim, " terang Ayi.
Barru sendiri menghadapi tantangan cuaca yang signifikan. Mewakili Bupati Barru, Kalaksa BPBD Barru, Umar Sinampe, mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi BMKG, Kabupaten Barru termasuk daerah dengan curah hujan lebih tinggi dan sering menghadapi ancaman banjir rob yang berpotensi merusak sawah.
"Momentum ini sangat penting, terutama bagi penyuluh sebagai jembatan informasi kepada petani. Kami menaruh harapan besar terwujudnya petani yang tangguh dan adaptif, serta terbentuknya kolaborasi yang baik. Semoga Barru bisa menjadi percontohan bagi kabupaten lainnya di sektor pertanian, " tutup Umar Sinampe.
Kegiatan ini diharapkan mampu menghasilkan petani yang mampu 'membaca langit', membuat keputusan tanam yang lebih cerdas, dan pada akhirnya, mengamankan hasil panen serta memastikan keberlanjutan pangan di Barru.
(ahkam)















































