PAPUA - Di tengah bentang alam Papua yang megah namun sarat tantangan, kehadiran Tentara Nasional Indonesia (TNI) tak hanya sebatas penjaga batas negara, namun juga menjadi agen transformasi nyata bagi percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Selasa 8, April 2025.
Berlandaskan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020, TNI mengemban tiga misi utama di Papua: menjaga stabilitas keamanan, membantu pemerintah daerah menyediakan layanan dasar, serta membangun komunikasi sosial yang inklusif. Melalui penugasan satuan tugas (satgas) di berbagai wilayah, TNI tidak hanya menghadirkan rasa aman, tetapi juga harapan bagi masa depan Papua yang lebih baik.
“Keamanan adalah fondasi dari kemajuan. Tanpa stabilitas, pembangunan tak akan berjalan. TNI hadir untuk memastikan keduanya berjalan beriringan, ” tegas Panglima Koops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto.
Namun, misi mulia ini tentu tak lepas dari tantangan. Kelompok Separatis Bersenjata (KSB), yang sebelumnya dikenal sebagai OPM, terus menjadi ancaman serius. Insiden tragis seperti pembunuhan pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, pada 5 Agustus 2024, menjadi pengingat akan risiko nyata yang dihadapi, bahkan oleh warga asing yang berkontribusi dalam pembangunan Papua.
Dalam situasi genting tersebut, TNI menunjukkan respon cepat dan empati tinggi. Pada 6 Agustus, tanpa menunggu permintaan dari pihak keluarga maupun otoritas luar negeri, TNI berhasil mengevakuasi jenazah pilot Glen, tenaga kesehatan, guru, dan seorang balita dari wilayah konflik – semata-mata sebagai aksi kemanusiaan.
Tak berhenti di situ, pencapaian besar kembali dicetak pada 21 September 2024 ketika TNI berhasil membebaskan Kapten Pilot Susi Air, Phillip Mark Mehrtens, dari penyanderaan oleh kelompok separatis. Sebuah operasi penuh risiko yang berujung pada kemenangan kemanusiaan dan profesionalisme TNI di medan rawan.
Namun pendekatan TNI di Papua tak melulu berbicara senjata. Di balik seragam dan strategi militer, terdapat kehangatan. Melalui berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti pembagian logistik, layanan kesehatan, hingga program pendidikan dan komunikasi budaya, TNI merajut kedekatan emosional dengan warga. Masyarakat bukan hanya merasa dilindungi, tetapi juga diberdayakan.
“Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga, tapi sebagai sahabat. Sinergi dengan masyarakat adalah kunci menjaga kedamaian yang berkelanjutan, ” sambung Mayjen Lucky.
Dengan kombinasi strategi keamanan dan pendekatan humanis, TNI berhasil menunjukkan bahwa pembangunan Papua bukan hanya tugas pemerintah pusat, tapi misi kebangsaan yang harus dijalankan bersama – dengan hati dan keberanian.
Autentikasi:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono