INTAN JAYA - Kejadian tragis kembali terjadi di tengah konflik berkepanjangan di Papua. Seorang warga sipil, Yulius Wonda (39), tewas mengenaskan setelah diculik dan dieksekusi oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang diduga salah sasaran dan menganggapnya sebagai mata-mata. Insiden ini menambah deretan panjang kekerasan yang menimpa masyarakat sipil yang terjebak dalam konflik tersebut.
Peristiwa ini terjadi di Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, pada awal pekan ini. Yulius, seorang petani yang dikenal baik oleh tetangga dan masyarakat setempat, diculik oleh kelompok bersenjata yang menganggapnya memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang pergerakan mereka.
Beberapa hari kemudian, jasad Yulius ditemukan di hutan dalam kondisi mengenaskan. Aparat kepolisian yang menerima laporan langsung menyelidiki penemuan ini dan mengungkap bahwa korban mengalami penyiksaan sebelum akhirnya dieksekusi. Warga setempat yang menemukan jenazah Yulius segera melapor kepada pihak berwenang pada Sabtu (12/04/2025).
“Yulius adalah seorang petani biasa yang hanya mencari nafkah untuk keluarganya. Tuduhan bahwa dia mata-mata sungguh kejam dan tidak berdasar. Ini adalah contoh betapa jauh kelompok ini telah kehilangan arah dalam perjuangan mereka, ” kata Pendeta Simon Pigai, tokoh masyarakat setempat, dengan nada penuh keprihatinan.
Kekerasan Tanpa Alasan yang Jelas
Insiden ini mencerminkan semakin tak terkendalinya kekerasan yang dilakukan oleh kelompok OPM di wilayah tersebut, yang seringkali mengorbankan warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik. Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah rawan konflik seperti Intan Jaya sering kali menjadi korban dari tuduhan yang tidak jelas dan sangat merugikan kehidupan mereka.
Tokoh adat dan masyarakat lokal semakin menegaskan bahwa kekerasan yang dilakukan dengan alasan yang tidak jelas dan tanpa bukti ini hanya memperburuk kondisi rakyat Papua. Dalam beberapa insiden sebelumnya, warga sipil yang dicurigai memiliki hubungan dengan pihak keamanan sering kali menjadi sasaran penyiksaan dan bahkan pembunuhan.
Masyarakat Sipil Terjebak dalam Konflik
Insiden seperti ini menggambarkan betapa rumitnya situasi yang dihadapi oleh masyarakat sipil di Papua. Tanpa pemahaman yang jelas mengenai latar belakang konflik yang terjadi, banyak warga yang terpaksa menanggung akibatnya, baik secara fisik maupun psikologis.
Pendeta Simon Pigai menegaskan, "Masyarakat sipil yang tidak tahu-menahu tentang konflik ini tidak seharusnya menjadi sasaran kekerasan. Kami berharap dunia luar bisa melihat betapa tragisnya keadaan di Papua."
Dengan kekerasan yang semakin meluas, masyarakat setempat berharap ada upaya yang lebih besar untuk menghentikan kekejaman ini dan membawa perdamaian yang sudah lama mereka dambakan.
Perjuangan rakyat Papua untuk kedamaian dan keadilan harus didengar. Warga sipil tidak boleh terus menjadi korban dalam konflik yang bukan mereka pilih. (APK/Red1922)