Trans Papua Jadi Jalur Teror: Sopir Diperas, Rakyat Menderita di Tangan OPM

7 hours ago 2

PAPUA - Jalan Trans Papua yang seharusnya menjadi simbol pembangunan dan penghubung kehidupan antarwilayah kini berubah menjadi jalur penuh teror dan ketakutan. Para pengemudi baik logistik, umum, maupun sipil hidup dalam bayang-bayang senjata dan ancaman maut akibat aksi penodongan brutal yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kamis 8 Mei 2025.

Dari Wamena ke Elelim, dari pegunungan ke lembah, tak ada lagi rasa aman. Kelompok separatis bersenjata menyamar sebagai warga, menghadang kendaraan, lalu memaksa penyerahan uang, barang dagangan, bahkan BBM. Semua atas nama “perjuangan”, padahal yang dirasakan rakyat adalah pemerasan dan penindasan.

“Mereka todong pakai senjata rakitan. Kami disuruh turun, lalu diminta uang ‘perjuangan’. Kalau menolak, nyawa jadi taruhan, ” ungkap seorang sopir logistik dengan wajah pucat dan suara bergetar, Kamis (8/5/2025).

Aksi ini bukan lagi insiden terisolasi. Ini adalah teror sistematis. OPM diduga telah memetakan titik rawan dan menggunakan jalur-jalur terpencil yang jauh dari pengawasan aparat. Mereka menyerang saat sopir lengah, ketika kendaraan melambat di tikungan, tanjakan, atau saat menghadapi rintangan buatan di jalan.

Hasilnya tragis: logistik terhambat, distribusi bahan pokok kacau, dan harga barang melonjak di pedalaman. Perusahaan mulai menghentikan pengiriman. Masyarakat mulai kelaparan. Semua akibat aksi sepihak kelompok yang mengaku berjuang, padahal justru menghancurkan sendi ekonomi rakyat Papua sendiri.

“Kami takut kirim barang ke sana sekarang. Truk bisa dirampok, sopir bisa hilang. Barang-barang ditjarah. Kami bisa bangkrut, ” kata pemilik armada logistik di Jayapura.

Mirisnya, para pelaku ini tidak segan merampas barang sembako, bahan bangunan, bahkan obat-obatan. Di mata OPM, semuanya dianggap “logistik perjuangan.” Padahal di tangan rakyat, barang-barang itu adalah napas kehidupan.

Sudah cukup Papua menjadi panggung teror atas nama ideologi. Rakyat tidak butuh penodongan. Mereka butuh kedamaian, harga sembako yang terjangkau, dan jalanan yang bisa dilalui tanpa takut ditembak.

Trans Papua bukan medan perang. Ia adalah urat nadi kehidupan. Dan selama aksi brutal OPM masih berlangsung, maka luka Papua akan terus berdarah bukan karena konflik politik, tapi karena pengkhianatan terhadap rakyatnya sendiri. (APK/Red1922

Read Entire Article
Karya | Politics | | |