JAKARTA – Semangat untuk membawa perguruan tinggi Indonesia ke pentas dunia semakin membara. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemdikdinsitek) berkolaborasi erat dengan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) dalam sebuah audiensi strategis pada Senin (29/09/2025). Pertemuan ini digagas untuk memetakan langkah konkret dalam agenda internasionalisasi kampus, sebuah visi yang saya yakini akan membawa dampak luar biasa bagi kemajuan bangsa.
Dipimpin langsung oleh Dirjen Dikti, Khairul Munadi, yang didampingi Plt. Sesditjen Dikti, Setiawan, serta Tenaga Ahli Menteri, T. Basaruddin dan Hermawan, audiensi ini menunjukkan keseriusan Kemdikdinsitek. Dari sisi LDKPI, kehadiran Direktur Utama Dalyono, Direktur Investasi dan Penyaluran Dana Iwan Nur Hidayat, Kepala Divisi Perencanaan Penyaluran Dana Yovan Rizaldy, dan Kepala Divisi Pelaksanaan Penyaluran Dana Indro Bawono, menegaskan komitmen kuat mereka.
Fokus utama kerja sama ini adalah memperkuat soft power dan knowledge diplomacy Indonesia. Saya membayangkan bagaimana perguruan tinggi kita kelak bukan hanya menjadi pusat pembelajaran, tetapi juga menjadi motor penggerak pembangunan global. Program-program yang dirancang sangat komprehensif, mulai dari peningkatan kapasitas dan pendampingan, penelitian yang berfokus pada solusi tantangan global, membangun kemitraan antara akademisi, industri, dan masyarakat, hingga program pendidikan formal dan non-formal bagi sumber daya manusia dari negara-negara mitra.
“Internasionalisasi kampus Indonesia merupakan langkah strategis untuk memperkuat daya saing global dan menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat kontribusi pengetahuan bagi pembangunan dunia, ” ujar Dirjen Dikti Khairul Munadi.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama LDKPI, Dalyono, menekankan bahwa sinergi ini sejalan dengan misi LDKPI dalam memperkuat peran Indonesia pada kerja sama pembangunan internasional. Ia secara khusus menyoroti pentingnya dukungan terhadap pengembangan sumber daya manusia dan transfer pengetahuan ke negara-negara berkembang, serta pentingnya program yang adaptif terhadap kebutuhan spesifik setiap negara, terutama dalam isu-isu krusial seperti pangan, kesehatan, dan air bersih.
Audiensi ini tidak hanya sekadar pertemuan, tetapi telah menghasilkan kesepakatan konkret. Langkah selanjutnya mencakup penyusunan detail program bersama, perancangan skema pembiayaan yang inovatif, hingga penentuan mekanisme implementasi dan monitoring yang efektif. Saya optimis, kolaborasi ini akan mengukuhkan posisi perguruan tinggi Indonesia sebagai mitra pembangunan global yang terpercaya, sekaligus mendongkrak reputasi dan pengaruh Indonesia di panggung internasional. Ini adalah momen yang patut kita syukuri dan dukung bersama. (PERS)