JAKARTA - Langkah besar dalam perluasan inovasi keuangan digital tengah diupayakan oleh Bank Indonesia (BI). Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengumumkan secara langsung bahwa pihaknya kini sedang aktif mengembangkan sandbox untuk transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Antarnegara, khususnya yang melibatkan Indonesia dan Korea Selatan. Inisiatif ini merupakan bagian krusial dari upaya BI untuk terus mendorong inovasi dan memperluas pemanfaatan teknologi keuangan digital di tengah masyarakat.
Pengumuman ini disampaikan Perry Warjiyo dalam sebuah konferensi pers daring yang membahas hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025. Ia menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Korea Selatan ini sejalan dengan penyelenggaraan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia yang bersinergi dengan Indonesia Fintech Summit dan Expo 2025. Berbagai inovasi lain yang turut diluncurkan mencakup QRIS Tap In/Tap Out serta inisiasi sandboxing QRIS Antarnegara Indonesia-Korea Selatan.
“Peningkatan inovasi dan perluasan akseptasi digital melalui penyelenggaraan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia bersinergi dengan Indonesia Fintech Summit dan Expo 2025, dengan berbagai inisiatif antara lain launching QRIS Tap In/Tap Out dan Inisiasi sandboxing QRIS Antarnegara Indonesia-Korea Selatan, ” ujar Perry Warjiyo.
Tidak hanya berhenti pada dua inisiatif utama tersebut, Perry Warjiyo menuturkan bahwa BI juga tak henti-hentinya berupaya meningkatkan kapasitas dan literasi masyarakat melalui program Peningkatan Kapasitas dan Literasi Sinergi Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (KATALIS P2DD). Selain itu, penyelenggaraan BI-OJK Hackathon 2025 dan QRIS Jelajah Budaya Indonesia juga menjadi prioritas demi memperkuat ekosistem keuangan digital nasional secara menyeluruh.
Di luar ranah keuangan digital, BI juga menunjukkan komitmennya dalam penguatan strategi operasi moneter yang berorientasi pada pasar (pro-market). Tujuannya jelas: meningkatkan efektivitas transmisi penurunan suku bunga, memperkaya likuiditas, serta mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas). Saya pribadi merasa optimis dengan langkah-langkah ini, ini menunjukkan BI sangat serius dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai instrumen.
Sejumlah strategi moneter pro-market yang diimplementasikan meliputi pengelolaan struktur suku bunga instrumen moneter dan swap valas yang diselaraskan dengan ekspansi likuiditas moneter. Hal ini diharapkan dapat mempercepat efektivitas penurunan suku bunga deposito dan kredit perbankan, sebuah kabar baik bagi para pelaku usaha dan masyarakat umum.
Selanjutnya, BI berupaya meningkatkan likuiditas di pasar uang dan perbankan melalui penurunan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder secara terukur. Ini adalah langkah cerdas untuk memastikan ketersediaan dana yang memadai.
BI juga memperluas underlying repurchase agreement (repo) dalam operasi moneternya. Kini, BI akan menggunakan surat berharga berkualitas tinggi lainnya yang diterbitkan oleh lembaga jasa keuangan yang dibentuk atau didirikan pemerintah. Tujuannya adalah untuk mendukung program pemerintah yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat, sebuah hal yang patut diapresiasi.
Lebih lanjut, BI menerbitkan BI-FRN (Floating Rate Note) dan mengembangkan Overnight Index Swap (OIS) untuk tenor di atas overnight. Dengan langkah ini, BI berupaya membentuk struktur suku bunga yang lebih akurat, didasarkan pada transaksi riil di pasar uang. Ini menunjukkan kedalaman analisis dan pemahaman BI terhadap dinamika pasar.
Sebagai penutup, strategi moneter pro-market lainnya adalah memperluas cakupan investor Sukuk Bank Indonesia (SukBI). Kini, SukBI dapat dimiliki oleh baik bank maupun nonbank, termasuk investor asing (bukan penduduk). Upaya ini juga dibarengi dengan penguatan peran dealer utama untuk mendongkrak transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar. Seluruh upaya ini menunjukkan komitmen BI yang kuat untuk menciptakan pasar keuangan yang lebih dalam, likuid, dan efisien. (PERS)