Dalam Pelukan Sukabumi Mubarokah dan Jabar Istimewa: Jenazah Heri Wibawa Dipulangkan, Biaya Ditanggung Pemerintah

3 hours ago 2

Sukabumi, -  Angin duka berembus dari Pohang, Korea Selatan, membawa kabar yang mengguncang hati sebuah keluarga di Kampung Cimantaja, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang. Heri Wibawa (28), anak bungsu dari empat bersaudara, pekerja migran yang telah tiga tahun mengabdi di negeri orang demi harapan keluarga, berpulang setelah sempat dirawat di rumah sakit wilayah Pohang.

Di tengah kesibukan perayaan kemerdekaan, komunikasi terakhir terjalin. “Terakhir ngobrol sama ibu itu tanggal 17 Agustus, subuh sekitar jam lima. Tanggal 18 siang saya chat, cuma centang satu. Sempat nelpon dua kali, tapi kebetulan saya lagi jadi panitia lomba 17-an, jadi enggak keangkat. Habis itu saya chat lagi, sudah centang satu terus, habis itu los kontak, ” tutur sang kakak, Andaryana, dengan nada getir.

Keluhan sakit kepala yang semula dianggap ringan, ternyata menjadi awal dari keheningan panjang. “Dia sempat izin enggak masuk, katanya pusing. Tapi keras kepalanya tetap masuk kerja. Sampai akhirnya pingsan di tempat kerja sekitar tanggal 9, enggak sadar. Tahu-tahu dia sudah ada di rumah sakit, kemungkinan dibawa pihak perusahaan. Itu sekitar tanggal 10 Agustus, terus dirawat di RS wilayah Pohang, ” lanjutnya.

Pada Rabu, 3 September 2025, kabar kematian Heri tiba di tanah air. Keluarga menanti dengan harap dan doa, sementara proses pemulangan jenazah diperkirakan memakan waktu tujuh hingga sepuluh hari. “Kalau dari KBRI, awalnya katanya pemulasaraan tiga sampai empat hari. Lalu ada informasi baru, pemulangannya bisa tujuh sampai sepuluh hari. Tapi harapan keluarga sih bisa lebih cepat, ” ucap Andaryana.

Namun duka tak datang sendiri. Di balik kepergian Heri, tersimpan keraguan tentang hak-hak yang belum tersentuh. “Saya sempat berkomunikasi dengan teman adik saya yang satu kerjaan, katanya gajinya itu dipotong sekitar Rp 4 jutaan. Untuk pajak, izin tinggal, BPJS, dan dana pensiun. Kami keluarga kebingungan bagaimana mengurusnya, bagaimanapun itu hak almarhum, hak adik saya, ” ungkapnya.

Dalam keheningan yang menggantung, suara harapan pun disampaikan kepada Bupati Sukabumi, Asep Japar. Permohonan sederhana: bantuan untuk memulangkan jenazah sang adik.

Dan jawaban pun datang, penuh empati dan tanggung jawab. “Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya atas nama pribadi dan pemerintah Kabupaten Sukabumi sebelumnya mengucapkan duka yang mendalam untuk Saudara Heri Wibawa, pekerja migran Indonesia asal Kampung Cimantaja, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal karena sakit dan sempat dirawat di wilayah Pohang, Korea Selatan, ” ucap Bupati.

masih kata Asep Japar, Selaku pemerintah daerah, saat ini kami terus mengawal jenazah Heri dengan bekerja sama dengan Kementerian melalui Dinas Tenaga Kerja. Dari informasi yang kami terima dari KBRI melalui keluarga, jenazah akan diberangkatkan dari Korea Selatan hari Minggu tanggal 7 September 2025 pukul 10.35 WIB dan sampai Indonesia pukul 15.40 WIB. Insyaallah jika nanti jenazah tiba di Indonesia, kami akan membantu proses pemulangan. Mohon doa dari semua warga Kabupaten Sukabumi. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Namun tak berhenti di Sukabumi. Dari Gedung Sate, suara perlindungan bergema. Dalam sebuah video yang beredar luas, Gubernur Jawa Barat menyampaikan komitmen penuh untuk mengurus pemulangan jenazah Heri Wibawa.

“Menindaklanjuti berita tersebut (jenazah Heri Wibawa), Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Tenaga Kerja hari ini sedang berkoordinasi untuk melakukan pemulangan jenazah tersebut. Dan seluruh biayanya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, ” tegasnya.

“Kepada keluarganya diharapkan untuk tenang. Kami akan senantiasa memberikan pelindungan yang terbaik bagi kepentingan masyarakat Jawa Barat. Haturnuhun.”

Dalam pelukan Sukabumi Mubarokah dan naungan Jabar Istimewa, jenazah Heri Wibawa tak hanya dipulangkan, tetapi dihormati. Ia kembali bukan sebagai angka statistik, melainkan sebagai anak bangsa yang telah berjuang. Dan di tanah kelahirannya, doa-doa pun mengalir, mengiringi kepulangan seorang anak yang tak sempat berpamitan.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |