Dari Pos Gome untuk Negeri: Prajurit Yonif 700/Wyc Jadi Guru Harapan di Tengah Kabut Papua

2 hours ago 1

PUNCAK - Di antara dinginnya udara pegunungan dan senyapnya lembah Papua, suara riang anak-anak Kampung Gome memecah sunyi dengan lantunan huruf demi huruf: “A… B… C…”. Mereka belajar mengeja, menulis, dan membaca di sebuah tempat yang tak biasa Pos Gome Satgas Yonif 700/Wyc, Sabtu (27/9/2025).

Berbekal papan tulis portabel, kapur tulis sederhana, dan hati yang tulus, para prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/Wyc menjelma menjadi “pahlawan pena” bagi anak-anak di pelosok pegunungan. Di sela tugas berat menjaga kedaulatan negara, mereka menyulut cahaya pengetahuan bagi generasi penerus bangsa yang haus akan ilmu.

TNI Menyulut Cahaya di Tengah Keterbatasan

Kegiatan belajar mengajar ini dipimpin langsung oleh Serda Arfin, seorang prajurit yang kini bukan hanya dikenal sebagai penjaga keamanan, tetapi juga guru penuh kasih bagi anak-anak Kampung Gome. Setiap hari, pos TNI itu berubah menjadi ruang kelas sederhana tempat ilmu pengetahuan ditanamkan dengan kesabaran dan cinta.

“Mengajar mungkin bukan tugas pokok kami sebagai tentara, tapi ini adalah kewajiban kami sebagai warga negara untuk memastikan masa depan anak-anak Papua lebih cerah, ” ungkap Serda Arfin dengan mata berbinar.

“Setiap huruf yang mereka kenal, setiap kata yang mereka tulis, adalah kemenangan kecil yang berarti besar. Kami ingin mereka tumbuh lebih pintar dari kami. Karena jika mereka berhasil, maka itulah kebahagiaan sejati bagi kami, ” tambahnya.

Anak-anak yang sebelumnya hanya bermain di kebun kini rutin datang ke pos, membawa semangat baru. Di bawah bimbingan para prajurit, mereka belajar mengeja, menulis nama, hingga berhitung. Suara tawa dan semangat belajar mereka kini menjadi simfoni harapan di tengah sunyinya pegunungan Gome.

Membangun Kepercayaan, Menumbuhkan Asa

Inisiatif edukatif ini bukan hanya memberikan ilmu, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan antara masyarakat dan TNI. Para orang tua melihat sendiri bahwa kehadiran prajurit bukan hanya untuk mengamankan wilayah, tetapi juga menjadi bagian dari keluarga besar masyarakat Papua**.

“Sekarang anak-anak kami mau belajar. Mereka senang ke pos, karena bapak-bapak tentara sabar dan baik. Kami bangga mereka mau ajarkan anak-anak kami, ” ujar salah satu warga dengan penuh rasa syukur.

Inspirasi dari Pos Gome

Kegiatan sederhana namun bermakna ini menjadi bukti bahwa pengabdian TNI tidak terbatas pada medan tempur. Mereka juga berjuang di medan kemanusiaan melawan ketertinggalan pendidikan dan menyalakan lilin pengetahuan di tempat yang belum tersentuh cahaya pembangunan.

Apa yang dilakukan oleh Serda Arfin dan rekan-rekannya di Pos Gome adalah teladan kepemimpinan dan empati, sebuah contoh nyata bagaimana cinta tanah air diwujudkan melalui aksi nyata di tengah masyarakat.

Dengan ilmu yang mereka bagikan, para prajurit Satgas Yonif 700/Wyc telah menanam benih masa depan. Karena dari tangan-tangan kecil yang kini menulis huruf pertama, akan lahir generasi penerus Papua yang tangguh, cerdas, dan siap memajukan negeri.

Penutup:

Kisah dari Gome ini mengingatkan kita bahwa pembangunan bangsa tidak hanya butuh senjata, tetapi juga pena dan hati. Dan di tengah kabut pegunungan Papua, para prajurit Yonif 700/Wyc telah membuktikan: TNI bukan hanya penjaga perbatasan, tapi juga penjaga masa depan.

Authentication:

Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Priharton

Read Entire Article
Karya | Politics | | |