Destinasi Wisata Religi, H.Abd Rahman : Gunung Kayu Mate Menyimpan Jejak Ulama Besar 

1 month ago 16

PANGKEP SULSEL -  Kampung Kayu Mate yang terletak di Kelurahan Borimasunggu, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, menyimpan kisah spiritual dan sejarah Islam yang mendalam. Wilayah yang berada di lereng gunung ini kembali menjadi perhatian setelah dikunjungi oleh Bupati Pangkep, DR. H. Muhammad Yusran Lalogau, belum lama ini.

Kunjungan tersebut bukan tanpa alasan. Di puncak gunung yang menaungi Kampung Kayu Mate, terdapat beberapa makam tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Pangkep. Menurut Sekretaris Camat Labakkang, H. Abd Rahman, S.H.I., salah satu tokoh yang dimakamkan di sana adalah Karaeng Bulu, yang dikenal pula dengan nama Dopi Dg. Manampo.

Dopi Dg. Manampo merupakan pendamping Syekh Abu Bakar dari Aceh, seorang ulama besar yang berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai sosok berilmu tinggi dan berkarisma dalam syiar agama. Menariknya, makam Syekh Abu Bakar juga diyakini berada di kawasan gunung yang sama — menjadikan lokasi tersebut saksi bisu perjuangan para ulama dalam menanamkan nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat Bugis-Makassar.

Tak hanya itu, di sekitar Kampung Kayu Mate juga terdapat makam Karaeng Manakku Caddi-Caddi, Andi Marabintang, dan Noceng Manning Gau. Ketiganya dikenal sebagai tokoh-tokoh penyebar Islam yang disegani dan dihormati masyarakat Labakkang. Dahulu, kawasan ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritual masyarakat setempat.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi itu sempat memudar. Hingga suatu peristiwa spiritual menggugah kembali kesadaran masyarakat.

Dikisahkan, seorang warga mengalami pengalaman batin saat berzikir. Dalam kondisi tersebut, ia dirasuki makhluk halus yang menyampaikan pesan, mempertanyakan mengapa tradisi zikir di Kayu Mate tak lagi dilakukan sebagaimana dulu. Pesan itu dianggap sebagai teguran sekaligus pengingat agar masyarakat tidak melupakan amalan leluhur mereka.

Sejak saat itu, warga bersama tokoh agama setempat bersepakat untuk menghidupkan kembali tradisi zikir berjamaah, yang kini rutin dilaksanakan setiap pagi seusai salat Subuh.

Tradisi ini bukan sekadar bentuk ibadah, tetapi juga penghormatan kepada para ulama penyebar Islam di masa lampau. Suasana spiritual pun kembali terasa di puncak Kayu Mate — penuh ketenangan, keikhlasan, dan kebersamaan.

Bupati Pangkep, dalam kunjungannya, menyampaikan apresiasi atas pelestarian nilai-nilai keagamaan dan sejarah Islam di wilayah tersebut. Ia berharap masyarakat terus menjaga dan merawat peninggalan sejarah Islam sebagai warisan berharga yang meneguhkan identitas daerah.

Dengan latar sejarah yang kuat dan nuansa spiritual yang mendalam, Kampung Kayu Mate memiliki potensi besar dikembangkan sebagai destinasi wisata religi dan sejarah Islam di Sulawesi Selatan.

Kini, masyarakat Kayu Mate tidak hanya bangga akan leluhurnya, tetapi juga berkomitmen menjaga warisan itu untuk generasi mendatang. Tradisi zikir, silaturahmi, dan ziarah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini — dalam semangat Islam yang damai, hidup, dan berakar kuat di bumi Labakkang. ( Herman Djide)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |