PAPUA - Di tengah dinginnya angin pegunungan dan bayang-bayang ketidakpastian hidup di pengungsian, kehangatan justru lahir dari kebersamaan yang tak ternilai. Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC), melalui Pos Eromaga, kembali menunjukkan wajah kemanusiaan Tentara Nasional Indonesia dengan menggelar acara makan bersama warga pengungsi dari Kampung Eronggobak, pada Minggu, 3 Agustus 2025.
Sebanyak 65 jiwa, terdiri dari anak-anak, orang tua, dan mama-mama Papua, menikmati sajian sederhana namun penuh cinta: nasi kuning dan telur rebus yang disiapkan langsung oleh para prajurit. Di atas terpal oranye, yang mungkin tampak sederhana bagi banyak orang, tersaji suasana kekeluargaan yang hangat dan menggugah hati. Tidak ada sekat antara seragam loreng dan pakaian warga. Yang ada hanyalah rasa saling percaya, perhatian, dan kasih sayang yang tulus.
TNI Bukan Hanya Penjaga, Tetapi Pelindung dengan Hati
Komandan Pos Eromaga, Letda Inf Sudirman, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari komitmen Satgas untuk merangkul warga dengan pendekatan kemanusiaan.
“Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tapi juga sebagai saudara yang peduli. Kami ingin warga merasa diperhatikan, disayangi, dan tidak sendirian di masa sulit ini, ” ujarnya haru.
Kegiatan makan bersama ini telah menjadi rutinitas setiap Sabtu, sebuah bentuk pelayanan kemanusiaan dari prajurit TNI kepada masyarakat terdampak konflik. Bukan sekadar pembagian makanan, tetapi ruang dialog dan empati yang membangun kepercayaan dan kedekatan emosional antara aparat dan warga sipil.
Air Mata Haru di Tengah Suapan Hangat
Mama Lince, salah satu tokoh perempuan pengungsi, menyampaikan rasa terima kasih dengan suara bergetar. Ia tak kuasa menahan tangis ketika melihat cucunya menikmati makanan hangat dari tangan prajurit TNI.
“Puji Tuhan... anak-anak bisa makan kenyang, kami bisa duduk tenang. TNI bukan hanya tentara—mereka sudah jadi keluarga kami di sini, ” ucapnya sambil memeluk erat cucunya.
Momen ini menjadi pengingat kuat bahwa kemanusiaan adalah bahasa universal, yang mampu menghapus trauma dan luka yang ditinggalkan oleh konflik. Keberadaan Satgas Yonif 700/WYC di Eromaga telah mengubah citra aparat bersenjata menjadi pelindung yang hangat dan mengayomi.
Pangkoops TNI Habema: “Ini Adalah Wujud Negara yang Hadir”
Panglima Komando Operasi TNI Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif yang dilakukan oleh jajarannya. Menurutnya, kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana kehadiran TNI tidak hanya dilihat dari sisi militeristik, tetapi juga sebagai perpanjangan tangan negara dalam menyentuh hati rakyat.
“Prajurit kami di Papua adalah representasi negara. Mereka hadir tidak hanya membawa senjata, tetapi juga membawa hati dan kepedulian. Itulah esensi dari tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), yaitu membangun kedekatan dan kepercayaan dengan rakyat, ” tegasnya.
“Ketika negara hadir dalam bentuk kasih sayang dan kehangatan, maka rakyat akan merasakan bahwa mereka tidak ditinggalkan. Ini adalah bagian dari misi besar kami untuk merajut kembali persaudaraan di tanah Papua.”
Penutup: Kebersamaan Adalah Kekuatan
Apa yang dilakukan oleh Satgas Yonif 700/WYC di Pos Eromaga bukanlah sekadar rutinitas kemanusiaan, tetapi sebuah simbol bahwa negara benar-benar hadir di titik terpinggir. Di balik seragam loreng itu, tersimpan jiwa-jiwa yang siap melindungi dengan senjata, sekaligus mengayomi dengan hati.
Kebersamaan yang dibangun di atas terpal oranye itu kini menjadi fondasi kuat untuk perdamaian yang berkelanjutan di tanah Papua. Dan dalam setiap suapan nasi kuning hangat itu, terselip harapan baru—bahwa cinta, empati, dan rasa aman bisa tumbuh di tengah luka yang belum sepenuhnya sembuh.
Otentikasi:
Dansatgas Media HABEMA
Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono