JAKARTA - Lumbung padi Indonesia berduka. Ratusan, bahkan ribuan, penggilingan padi skala kecil satu per satu tumbang. Bukan cerita baru, tapi luka lama yang terus menganga. Struktur pasar yang timpang, bak raksasa melawan kurcaci, menjadi penyebab utama.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengakui pahitnya realita ini. Ketidakseimbangan pasokan gabah, kata dia, membuat sebagian penggilingan kecil kesulitan bernapas.
“Mungkin 15 tahun yang lalu, tiba-tiba ada perusahaan masuk, perusahaan besar, kapasitasnya, menengah dengan besar itu 50 juta ton. Pertanyaanku, terganggu tidak yang kecil?” ujar Amran saat ditemui di Gedung DJP Kementerian Keuangan, Jumat (15/8/2025).
Jumlah penggilingan padi kecil di seluruh pelosok negeri mencapai 161.000 unit, dengan total kapasitas giling mencapai 116 juta ton per tahun. Ironisnya, produksi padi nasional hanya mampu menghasilkan sekitar 65 juta ton. Sebuah kesenjangan lebar yang membuat persaingan semakin sengit.
Keadaan diperburuk dengan masuknya perusahaan-perusahaan besar ke industri ini sekitar 15 tahun silam. Dengan kapasitas giling raksasa, hingga 50 juta ton per tahun (bersama kelompok menengah), mereka seolah menenggelamkan penggilingan kecil.
Kehadiran pemain besar ini membuat penggilingan kecil semakin kesulitan mendapatkan bahan baku, tercekik operasionalnya, dan akhirnya menyerah pada keadaan. Saya teringat kakek saya, seorang petani kecil yang selalu berjuang untuk menghidupi keluarganya. Bayangkan jika penggilingan padi tempat ia menjual hasil panennya ikut gulung tikar, kemana lagi ia harus mengadu?
“Sudah, selesai jawabannya, clear, kan? Artinya, ada yang menulis kemarin bahwasanya, pabrik kecil tutup, itu sudah lama terjadi, sering, ” paparnya.
Kondisi ini bukan sekadar angka-angka statistik. Ini adalah tentang mata pencaharian, tentang harapan, dan tentang keberlanjutan pertanian Indonesia. Dibutuhkan solusi konkret dan keberpihakan nyata untuk menyelamatkan penggilingan padi kecil, agar mereka tidak hanya menjadi kenangan di masa depan. (Kabar Menteri)