PANGANDARAN JAWA BARAT — Kepala Seksi Pendidikan Madrasah H. Akhmad Rifa’i didaulat menjadi salah satu narasumber dalam Workshop Membaca Cinta dengan Harmoni Pembelajaran Mendalam, Sabtu (20/9/2025).
Workshop ini diselenggarakan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah (MGMP MTs) Kab Pangandaran pada tanggal 20 – 23 September 2025 secara hybrid. Dalam giat yang diikuti oleh 116 guru madrasah di Kab Pangandaran ini, H. Akhmad Rifa’i menyampaikan materi berjudul ‘Orientasi dan Strategi Guru Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi di Era Revolusi 5.0 Berbasis Cinta’.
Mengawali pemaparannya, Kasi Penmad menuturkan bahwa saat ini ada 2 (dua) kata cinta yang sedang digalakan oleh Kementerian Agama, yakni Layanan Cinta (Cepat, Inovatif, Nyaman, Transparan, Akuntabel) dan Kurikulum berbasis Cinta (KBC).
Mengutip Keputusan Dirjen Pendis Kemenag RI No. 6077 Tahun 2025, Kasi Penmad menuturkan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sejatinya merupakan pendekatan pembelajaran yang fokus pada membangun hubungan yang penuh kasih sayang, empati, saling menghargai, toleransi, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan sebagai respon dehumanisasi, intoleransi, dan konflik sosial.
“KBC lebih fokus pada proses, bukan hanya capaian kognitif saja, tapi melibatkan penguatan kecerdasan emosional dan penanaman nilai-nilai melalui pembiasaan, misalnya pembiasaan salat dhuha dan salat berjamaah, hafalan surat pendek dan hadist, dan kebiasaan baik lainnya, ” ujarnya dalam sesi luring di Aula Sinar Rahayu 3.
Ia juga menjelaskan bahwa orientasi guru madrasah di era revolusi 5.0 berbasis cinta adalah mempersiapkan peserta didik yang berkarakter kuat dengan mengintegrasikan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Strateginya meliputi peningkatan literasi digital, adaptabilitas, empati penerapan deep learning, pendekatan humanistik yang berpusat pada murid, ” tuturnya.
Menurutnya, kolaborasi dan dukungan kebijakan KBC dan pembelajaran mendalam (deep learning) bukan hanya transformasi kurikulum, tapi juga revolusi nilai dan cara pandang pendidikan, yang tujuan akhirnya adalah membentuk manusia seutuhnya yang berilmu, berakhlak, dan berperadaban cinta.
“KBC dan pembelajaran mendalam bukan hanya transformasi kurikulum, tapi juga revolusi nilai dan cara pandang pendidikan, yang tujuan akhirnya adalah membentuk manusia seutuhnya yang berilmu, berakhlak, dan berperadaban cinta. Dua pendekatan komplementer (saling melengkapi)yang sama-sama menekankan karakter dan nilai kemanusiaan, kompetensi abad 21, pembelajaran berbasis pengalaman dan kasih sayang, ” imbuhnya.
Di akhir pemaparan, ia menyampaikan 3 (tiga) harapan, yakni guru madrasah mampu beradaptasi di era 5.0, madrasah menjadi pusat pendidikan yang unggul dan terwujud generasi berkarakter Islami, cerdas, kreatif, dan penuh cinta.