Hari Sarjana Nasional, Merayakan Jejak Sang Poliglot Pertama Indonesia

2 hours ago 1

SEJARAH - Setiap tahun, pada tanggal 29 September, bangsa Indonesia merayakan Hari Sarjana Nasional. Momen ini bukan sekadar pengingat akademis, melainkan sebuah pengakuan atas perjuangan dan dedikasi para intelektual yang telah berkontribusi bagi kemajuan negeri. Gagasan peringatan ini pertama kali digaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014, sebagai bentuk apresiasi terhadap peran penting sarjana.

Pemilihan tanggal 29 September sebagai Hari Sarjana Nasional bukanlah kebetulan. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran seorang tokoh luar biasa, Raden Mas Panji Sosrokartono. Beliau bukan hanya kakak kandung dari pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini, tetapi juga merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar sarjana.

Perjalanan akademis RM Panji Sosrokartono sungguh menginspirasi. Ia memulai studinya di Belanda, menempuh jurusan Teknik Sipil di Polytechnische School pada tahun 1899. Namun, kecemerlangannya tidak berhenti di situ. Dikatakan dalam laman LLDikti7 Kemdikbud, beliau adalah seorang poliglot sejati, menguasai tidak kurang dari 17 bahasa asing. Kemampuannya dalam berbahasa membuka pintu ke berbagai khazanah ilmu dan budaya.

Ternyata, ketertarikannya pada ilmu pengetahuan terus berkembang. Dalam versi sumber lain, disebutkan bahwa Sosrokartono sempat memindahkan fokus studinya ke jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden yang bergengsi. Dedikasinya dalam mendalami bahasa, sastra, dan kebudayaan membawanya pada penguasaan sekitar 37 bahasa. Angka ini mencakup 17 bahasa Eropa, 9 bahasa Timur, dan 11 bahasa daerah di Indonesia. Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa, mencerminkan keluasan wawasan dan kecintaannya pada keragaman bahasa.

“Sosrokartono mendalami ilmu sastra bahasa dan kebudayaan hingga mampu menguasai sekitar 37 bahasa yang terdiri dari 17 bahasa Eropa, 9 bahasa Timur, dan 11 bahasa daerah di Indonesia, ” tulis Umar Ago Tri Prasetyo dalam karyanya yang bertajuk "Biografi Raden Mas Panji Sosrokartono Tahun 1877-1952". Kemampuan berbahasanya yang mumpuni ini membuatnya dipercaya menjadi ahli bahasa di LBB. Tak hanya itu, beliau juga pernah berkiprah sebagai wartawan yang meliput perundingan damai dalam Perang Dunia I, sebuah pengalaman yang pasti membuka matanya terhadap dinamika dunia.

Setelah mengembara dan menimba ilmu selama 28 tahun di Eropa, hati RM Panji Sosrokartono terpanggil untuk kembali ke tanah air dan mengabdikan diri bagi bangsa. Kepulangan beliau ke Indonesia disambut dengan semangat kontribusi. Di Bandung, beliau mendirikan balai pengobatan bernama Darussalam, sebuah bentuk nyata kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat.

Selain kiprahnya di bidang akademis dan kesehatan, RM Panji Sosrokartono juga mendalami laku spiritual. Beliau memegang teguh ajaran Jawa dan ajaran Islam, mencari keselarasan antara keduanya. Salah satu ilmu yang ia tekuni adalah ilmu catur murti, sebuah ajaran yang berfokus pada penyatuan empat unsur dalam diri manusia, dengan berlandaskan kebenaran. Kontribusinya melampaui batas-batas keilmuan konvensional, menyentuh aspek spiritual dan filosofis kehidupan. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |