PAPUA - Nama Sebby Sambom kembali menjadi sorotan publik setelah terungkap dugaan keterlibatannya dalam menyebarkan informasi palsu (hoax) yang mengarah pada provokasi dan manipulasi opini internasional mengenai situasi di Papua. Bukan sekadar rumor, laporan investigatif mengungkap bahwa juru bicara kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu diduga menggandeng sejumlah wartawan asing untuk mengemas narasi provokatif yang menyudutkan pemerintah Indonesia.
Dengan memanfaatkan kredibilitas media internasional, Sebby menyisipkan konten disinformasi yang menyoroti isu pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan di Papua yang hingga kini tak terbukti secara faktual. Laporan-laporan tersebut dipublikasikan tanpa verifikasi independen dan mengandalkan narasumber anonim dari pihak-pihak yang terafiliasi dengan gerakan separatis.
"Ini bukan sekadar propaganda biasa. Ini adalah perang informasi yang sistematis dan menggunakan media global sebagai alat tekanan internasional, " ujar salah satu pejabat yang terlibat dalam penyelidikan, Senin (7/4/2025).
Salah satu hoax yang disebarkan menyebut adanya pembantaian warga sipil oleh aparat keamanan dan perusakan rumah ibadah isu yang langsung dimentahkan oleh hasil investigasi independen dan klarifikasi dari lembaga resmi HAM di Indonesia. Namun sayangnya, narasi tersebut telanjur menyebar luas melalui kanal media asing yang dipengaruhi oleh jaringan Sebby.
Pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi masyarakat sipil pun mengecam keras tindakan ini, menyebutnya sebagai bentuk manipulasi opini publik global dan upaya menciptakan ketegangan sosial di tanah Papua. Beberapa lembaga media internasional yang terseret pun kini tengah menghadapi tekanan untuk melakukan audit konten dan permintaan klarifikasi.
“Sebby Sambom memanfaatkan simpati internasional untuk menciptakan ilusi penderitaan yang terstruktur, padahal banyak data dan fakta yang justru menunjukkan kemajuan pembangunan dan upaya damai di Papua, ” lanjut sumber tersebut.
Fenomena ini kembali membuka mata dunia akan pentingnya verifikasi informasi dan independensi jurnalisme, terutama dalam isu-isu sensitif seperti Papua. Manipulasi narasi bukan hanya merusak reputasi Indonesia, tetapi juga memperkeruh upaya rekonsiliasi dan pembangunan di wilayah timur tersebut.
Dengan meningkatnya kesadaran publik terhadap perang opini yang dimainkan oleh kelompok separatis, publik diharapkan semakin kritis terhadap berita-berita yang bersumber dari luar tanpa basis fakta yang kuat. (APK)