JAKARTA – Semangat kemajuan bangsa kian membara di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikristek). Melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang), kementerian ini secara resmi menandatangani kontrak program unggulan: Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) serta Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) untuk Tahun Anggaran 2025. Acara bersejarah ini berlangsung di kantor Kemendikristek, Jakarta, pada Senin (6/10/2025), menandai langkah konkret dalam memperkuat ekosistem riset dan inovasi tanah air.
Penandatanganan kontrak ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah janji suci pemerintah untuk memupuk dan memperluas dampak positif riset serta inovasi dari perguruan tinggi. Harapannya, terobosan-terobosan ilmiah ini akan meresap ke dalam sendi kehidupan masyarakat, menggerakkan roda industri, serta melestarikan dan memperkaya khazanah kebudayaan nasional.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), M. Fauzan Adziman, dengan penuh keyakinan menyampaikan visi di balik program ini. Beliau menegaskan bahwa buah pikir para peneliti tidak hanya layak dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, namun yang terpenting adalah mampu memberikan manfaat nyata dan langsung bagi masyarakat luas.
"Setiap program diharapkan mampu melahirkan dampak nyata: teknologi yang meningkatkan kesejahteraan, serta seni yang memperkuat identitas dan daya saing bangsa, " tutur Dirjen Fauzan, memaparkan esensi dari PTTI dan PISN.
Sebagai perwujudan nyata dari semangat tersebut, Program PTTI dirancang khusus untuk menjembatani jurang antara hasil penelitian di kampus dengan kebutuhan riil di lapangan, baik oleh industri maupun masyarakat. Untuk tahun 2025, sebanyak 46 proposal terpilih dari 33 perguruan tinggi akan menerima kucuran dana senilai Rp6, 04 miliar. Fokus utama pendanaan ini diarahkan pada tiga pilar strategis: ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi kreatif, yang menjadi kunci pembangunan berkelanjutan.
Tak kalah penting, Program PISN hadir sebagai garda terdepan dalam memperkokoh identitas budaya bangsa dan meningkatkan daya saing seni di kancah global. Melalui program ini, sebanyak 242 proposal dari 96 perguruan tinggi berhasil mendapatkan alokasi pendanaan sebesar Rp16, 8 miliar. Porsi terbesar pendanaan ini tentu saja mengalir ke perguruan tinggi yang memiliki kekhususan di bidang seni dan budaya, mengakui peran vital mereka dalam melestarikan warisan bangsa.
Untuk memastikan kedua program ambisius ini berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan, Kemendikristek menempatkan akuntabilitas dan transparansi sebagai prioritas utama. Seluruh rangkaian kegiatan PTTI dan PISN akan diawasi ketat melalui mekanisme monitoring dan evaluasi yang komprehensif. Tujuannya jelas, agar setiap rupiah anggaran yang dialokasikan benar-benar menjelma menjadi dampak positif yang terukur di lapangan.
"Mari kita jaga komitmen, integritas, dan akuntabilitas dalam melaksanakan kedua program ini, sehingga setiap rupiah yang diamanahkan negara benar-benar memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan bangsa, " seru Dirjen Fauzan, menutup pernyataannya dengan penuh semangat.
Komitmen pemerintah dalam memajukan riset dan pengabdian masyarakat semakin dipertegas dengan adanya peningkatan anggaran untuk Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di tahun 2025. Sumber pendanaan yang krusial ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dengan skema yang dirancang fleksibel untuk mendukung program multi-tahun dan kolaborasi lintas sektor yang lebih luas.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ketut Adnyana, turut menambahkan pandangannya mengenai esensi inovasi yang sesungguhnya.
"Teknologi dan inovasi yang dihadirkan harus benar-benar ramah dan akrab dengan masyarakat kita. Jika teknologi tidak ramah dengan masyarakat, itu bukanlah inovasi, " tegasnya, menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada kebutuhan dan kenyamanan masyarakat.
Kegiatan penting ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I hingga XVII, serta para pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dari berbagai perguruan tinggi. Kehadiran mereka menunjukkan sinergi yang kuat dalam memastikan riset dan pengabdian masyarakat berjalan selaras dengan agenda pembangunan nasional yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai penegasan akhir, Kemendikristek kembali menggarisbawahi komitmennya melalui kebijakan strategis Diktisaintek Berdampak. Melalui kebijakan ini, setiap karya riset dan inovasi yang lahir dari perguruan tinggi diharapkan tidak hanya memberikan manfaat langsung, tetapi juga mampu memperkuat daya saing bangsa secara keseluruhan, serta memantapkan peran vital pendidikan tinggi sebagai lokomotif kemajuan peradaban Indonesia. (PERS)















































