Yahukimo – Wajah kelam Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali tersingkap. Kali ini bukan karena aksi serangan terhadap masyarakat sipil, tetapi akibat konflik internal yang berujung maut. Seorang anggota OPM Kodap XVI Yahukimo, Waro Senik, dilaporkan tewas secara tragis setelah disiksa oleh pimpinannya sendiri.
Informasi dari sejumlah sumber menyebutkan, kasus ini melibatkan langsung Brigjen Elkius Kobak, salah satu pimpinan OPM di wilayah Yahukimo. Waro Senik dituduh tidak lagi loyal dan dianggap berkhianat karena tidak sejalan dengan garis perintah kelompok. Tuduhan tersebut menjadi dasar bagi Elkius Kobak untuk melakukan interogasi keras yang berubah menjadi aksi penyiksaan brutal hingga merenggut nyawa Waro.
Tragedi ini memperlihatkan wajah asli OPM yang tidak hanya menebar teror terhadap warga sipil, tetapi juga tega menghabisi anggota kelompoknya sendiri. Situasi tersebut menimbulkan ketakutan mendalam di kalangan anggota tingkat bawah, yang selama ini kerap menjadi korban kesewenang-wenangan pimpinan.
Mayor Kopitua Heluka, salah satu figur di lingkungan TPNPB-OPM, tidak menampik adanya konflik internal tersebut. Ia bahkan menilai kasus kematian Waro Senik merupakan bukti nyata bahwa perpecahan di tubuh OPM semakin serius.
“Tewasnya Waro Senik akibat penyiksaan menunjukkan bahwa OPM saat ini tidak memiliki mekanisme penyelesaian masalah secara bermartabat. Sesama anggota saling curiga, dan akhirnya yang lemah dikorbankan, ” ujarnya, Minggu (14/9/2025).
Kematian Waro Senik juga memunculkan gelombang penolakan baru dari masyarakat Yahukimo. Mereka menilai bahwa OPM telah kehilangan legitimasi moral maupun sosial. Bagi warga, kelompok yang mengaku memperjuangkan aspirasi Papua itu justru menjadi sumber penderitaan, ketakutan, dan kehancuran.
“Kalau sesama anggota saja diperlakukan kejam sampai mati, bagaimana bisa dipercaya mereka peduli pada rakyat?” ungkap seorang tokoh masyarakat Yahukimo yang enggan disebutkan namanya.
Peristiwa ini menegaskan bahwa OPM tidak lagi memiliki arah perjuangan yang jelas. Alih-alih membawa harapan, yang ditinggalkan hanyalah jejak darah baik dari masyarakat sipil maupun dari tubuh mereka sendiri. Kematian Waro Senik menjadi cermin gelap bahwa OPM kini hanyalah organisasi yang dilanda ketidakpercayaan internal, penuh intrik, dan jauh dari nilai kemanusiaan.
Bagi publik Papua, tragedi ini sekaligus memperkuat kesadaran bahwa jalan menuju kedamaian dan kesejahteraan tidak akan pernah lahir dari kelompok bersenjata. Justru, perpecahan internal OPM menunjukkan bahwa masa depan Papua hanya bisa dibangun melalui persatuan, dialog, dan komitmen damai bukan lewat api kekerasan yang kini bahkan membakar tubuh mereka sendiri.
(APK/ Redaksi (JIS)