Distrik Beoga, Papua Tengah - Di sebuah honai sederhana di Kampung Dangbet, suara riang anak-anak pecah ketika prajurit berseragam loreng duduk bersila di hadapan mereka, bukan dengan senjata, melainkan dengan kapur tulis dan papan kecil seadanya. Sabtu (13/9/2025), personel Pos Dangbet Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau mengambil peran tak biasa: menjadi guru bagi anak-anak Papua yang haus akan ilmu.
Dipimpin oleh Sertu Yusran Sakir, para prajurit mengajarkan pelajaran matematika dasar berhitung, penjumlahan, hingga perkalian dengan cara sederhana dan penuh kehangatan. Anak-anak yang semula malu-malu, perlahan berani maju, menuliskan angka di papan, dan menyebutkan hasil hitungan dengan lantang.
Semangat Belajar di Tengah Keterbatasan
Kampung Dangbet, seperti banyak wilayah pedalaman Papua lainnya, masih menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Jarak sekolah yang jauh dan minimnya tenaga pengajar membuat anak-anak kerap kehilangan kesempatan untuk belajar secara rutin. Namun, semangat mereka tidak pernah padam.
“Kami melihat semangat belajar anak-anak di sini sangat tinggi. Meski fasilitas terbatas, mereka tetap antusias. Itu yang membuat kami termotivasi untuk turun langsung mengajar. Hari ini kami mengenalkan berhitung dengan cara sederhana dan menyenangkan, supaya mereka tidak cepat bosan, ” ujar Sertu Yusran Sakir.
Untuk menarik perhatian, para prajurit menggunakan alat peraga seadanya kerikil, potongan kayu, hingga jari tangan agar anak-anak lebih mudah memahami konsep angka. Suasana belajar pun cair, penuh tawa, jauh dari kesan kaku.
Lebih dari Sekadar Mengajar
Bagi para prajurit Satgas, kegiatan ini bukan hanya soal menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang membangun ikatan emosional dengan masyarakat.
“Program Gadik ini adalah salah satu cara kami mendekatkan diri dengan anak-anak Papua. Tujuan kami bukan hanya mengajar berhitung, tapi juga menanamkan semangat, bahwa mereka bisa meraih cita-cita setinggi mungkin. Dengan ilmu, masa depan Papua bisa lebih cerah, ” tegas Danpos Dangbet, Lettu Inf Henry Yanuar Emha.
Menurutnya, momen seperti ini memberi makna tersendiri bagi prajurit yang bertugas jauh dari keluarga. Kehadiran mereka di tengah anak-anak kampung menjadi pengingat bahwa TNI bukan hanya penjaga perbatasan, tetapi juga sahabat dan pendidik bagi generasi penerus bangsa.
Harapan Baru dari Dangbet
Kehadiran TNI sebagai guru dadakan di Dangbet mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Orang tua merasa terbantu karena anak-anak mereka mendapatkan tambahan ilmu, sementara anak-anak merasa termotivasi karena ada “Bapak TNI” yang sabar membimbing mereka.
Di tengah keterbatasan, kegiatan sederhana ini menjadi cahaya kecil yang membawa harapan. Harapan bahwa pendidikan, meski sederhana, tetap bisa hidup di pedalaman Papua. Dan di balik loreng gagah prajurit, tersimpan ketulusan untuk membangun masa depan anak-anak bangsa.
(PenSatgas Yonif 732/Banau)