OPM Rugikan Warga Papua: Kekerasan Bersenjata Hambat Pembangunan dan Masa Depan Generasi Muda

5 hours ago 5

PAPUA - Aksi kekerasan yang terus dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian merugikan masyarakat Papua, baik secara sosial, ekonomi, maupun psikologis. Serangkaian tindakan brutal seperti penyerangan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, hingga pemalakan di jalan raya telah menciptakan rasa takut dan trauma mendalam di kalangan masyarakat, terutama di wilayah konflik.

Tokoh adat dari Pegunungan Tengah, Yonas Wonda, mengecam keras tindakan OPM yang menurutnya telah menyimpang dari semangat perjuangan dan justru berubah menjadi ancaman nyata bagi rakyat sendiri.

“Apa yang mereka lakukan hari ini bukan lagi perjuangan, melainkan kejahatan terhadap rakyat sendiri. Mereka menyerang warga, membakar sekolah, dan memeras petani. Itu bukan ciri pejuang, tapi perusak, ” ujarnya, Senin (23/6/2025).

Salah satu dampak paling nyata adalah terhambatnya pembangunan infrastruktur. Proyek jalan, jembatan, dan layanan publik di pedalaman Papua banyak yang tertunda karena intimidasi dari kelompok bersenjata. Bahkan sejumlah perusahaan kontraktor memilih menghentikan kegiatan operasionalnya demi menghindari risiko keselamatan.

Di wilayah pesisir Papua, Pendeta Abraham Korwa turut menyuarakan keprihatinannya. Ia menilai bahwa teror OPM telah menciptakan rasa takut yang membekas di hati masyarakat.

“Saya melihat sendiri bagaimana masyarakat trauma. Mereka takut ke ladang, takut anaknya sekolah, karena sewaktu-waktu bisa saja terdengar tembakan. Ini bukan cara membela rakyat, ini menyiksa rakyat, ” ungkapnya.

Tak hanya itu, praktik pemalakan yang dilakukan OPM di jalur-jalur utama seperti Trans Papua juga menjadi beban berat bagi masyarakat. Para pengendara dan warga sipil sering kali dipaksa menyetor uang secara paksa, menambah tekanan ekonomi bagi mereka yang menggantungkan hidup pada sektor informal dan usaha kecil.

Tokoh pemuda Papua, Yulianus Mirin, menyatakan bahwa semakin banyak anak muda Papua yang menolak kekerasan dan propaganda yang digaungkan OPM. Menurutnya, kekerasan hanya akan menghambat masa depan generasi muda Papua.

“Kami ingin damai, ingin belajar dan bekerja. Tindakan mereka hanya menghambat masa depan anak-anak muda Papua. Saatnya kita bangkit dan tolak kekerasan, ” tegas Yulianus.

Dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat akan dampak destruktif dari tindakan separatis bersenjata, suara-suara penolakan terhadap OPM pun kian menguat. Rakyat Papua mendambakan kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang lebih baik bukan hidup dalam bayang-bayang ketakutan. (*/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |