Politik Sunyi Prabowo! Saat Purbaya Mengguncang dari Dalam

2 hours ago 1

Oleh: I Made Richy Ardhana Yasa (Ray)

Jurnalis

DENPASAR – Di tengah ritme pemerintahan yang cenderung stabil dan terukur, muncul satu nama yang tiba-tiba mengguncang keseimbangan lama: Purbaya Yudhi Sadewa. Sosok ekonom yang dikenal tenang dan jarang tampil di layar kaca ini kini menjadi perbincangan hangat setelah melontarkan pernyataan tajam dalam acara Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Metro TV.

“Kalau sektor riil dijaga, maka mafia-mafia di fiskal harus dibersihkan, ” ujarnya tegas. Kalimat sederhana itu seolah menjadi pukulan keras bagi dua institusi strategis negara: Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Namun di balik ucapannya, tersimpan makna politik yang jauh lebih dalam. Sebagai jurnalis yang mengikuti denyut ekonomi dan politik nasional, saya melihat pernyataan Purbaya bukan sekadar kritik teknokrat, melainkan sinyal strategi besar pemerintahan Prabowo Subianto.

Dalam filosofi Jawa, ada pepatah: “Kalau ingin ular keluar dari sarangnya, pukullah ekornya, bukan kepalanya.” Dan tampaknya, Purbaya tengah memainkan peran itu dengan sangat cermat. Ia tidak menyerang langsung pusat kekuasaan atau tokoh tertentu, tetapi memukul sistem di bagian paling sensitif, tempat berbagai kepentingan lama bersarang.

Begitu “ekor” itu terpukul, reaksi pun muncul dari berbagai arah — mulai dari internal kementerian, pelaku usaha, hingga elite politik. Ketika semua kepala ular menegakkan diri, maka wajah-wajah lama yang selama ini bersembunyi di balik sistem pun mulai terlihat.

Di titik inilah strategi politik sunyi Prabowo bekerja. Sebagai presiden yang dikenal berhati-hati namun sarat perhitungan, Prabowo memilih tidak menyerang secara frontal. Ia membiarkan kebijakan, figur, dan tindakan nyata berbicara.

Dengan menunjuk sosok teknokrat seperti Purbaya, Prabowo sejatinya sedang menjalankan politik sistematis, bukan politik panggung. Ia menggoyang struktur lama dari dalam — langkah yang bersih, elegan, dan sulit dibantah secara terbuka.

Purbaya tampil sebagai wajah reformasi: rasional, berbasis data, dan penuh ketegasan. Namun di balik itu, ia membawa misi yang lebih besar: mengguncang sistem lama yang selama ini menahan laju reformasi fiskal dan ekonomi nasional.

Siapa pun yang memahami jantung fiskal Indonesia tahu betapa rumitnya jejaring kepentingan di dalamnya — dari elite politik, korporasi besar, hingga kelompok birokrat yang telah nyaman dengan status quo. Untuk membersihkan area itu, dibutuhkan bukan hanya keberanian, tapi juga strategi berlapis.

Dan strategi itu kini mulai terlihat. Sejak awal pemerintahan Prabowo-Gibran, arah kebijakan ekonomi nasional bergerak menuju dua fokus utama: menyehatkan sistem dan memastikan manfaatnya dirasakan rakyat. Namun untuk mencapainya, tembok lama yang tebal harus terlebih dahulu digoyang.

Purbaya hadir sebagai “alat bedah” politik yang tajam. Ia memukul tanpa banyak bicara, tapi gema pukulannya terasa di seluruh sistem. Setiap kata yang keluar darinya adalah sinyal yang telah diperhitungkan. Dan sinyal kali ini jelas: era lama sedang diakhiri.

Istilah “dipanen oleh Prabowo” yang kini ramai diperbincangkan publik bukanlah sindiran, melainkan gambaran strategi politik tingkat tinggi. Purbaya memukul sistem, sementara Prabowo memanen hasilnya — memperkuat citra sebagai pemimpin tegas, bersih, dan bertindak nyata.

Langkah ini disambut positif oleh masyarakat yang mulai jenuh dengan janji kosong. Ketika Purbaya berbicara terbuka soal mafia fiskal, kepercayaan publik terhadap pemerintah melonjak, dan legitimasi politik Prabowo pun ikut menguat.

Namun strategi ini tentu bukan tanpa risiko. Memukul ekor ular berarti siap menghadapi banyak kepala — kepala yang memiliki pengaruh, kekuasaan, bahkan kendali terhadap opini publik. Serangan balik bisa datang dari berbagai arah, baik dalam bentuk narasi tandingan maupun upaya menggoyang stabilitas kepercayaan masyarakat.

Karena itu, dukungan penuh Presiden Prabowo menjadi penentu keberlanjutan langkah reformasi ini. Jika Purbaya dibiarkan sendiri, upaya bersih-bersih bisa berhenti di tengah jalan. Tapi bila langkahnya dikawal sebagai bagian dari strategi besar, Purbaya akan menjadi simbol teknokrat yang berpolitik lewat tindakan, bukan retorika.

Politik Prabowo kali ini bergerak dalam senyap, tapi berdampak besar. Ia tidak menembak kepala, tapi menata ulang tubuh birokrasi. Ia tidak mengangkat suara, tapi menggerakkan tangan-tangan reformis untuk memukul sistem di tempat yang paling tepat.

Dalam jangka panjang, strategi ini akan melahirkan dua capaian penting: pembersihan sistem ekonomi negara dan konsolidasi kekuasaan yang berlandaskan legitimasi moral. Karena dalam politik Indonesia, kekuasaan sejati bukan diukur dari siapa yang paling berkuasa, tetapi siapa yang berani mengguncang kenyamanan lama.

Dan hari ini, sosok itu bernama Purbaya Yudhi Sadewa — pejabat yang memukul sistem agar semua “ular” mendongak, menampakkan diri, dan memberi ruang bagi presiden yang tahu persis kapan saat terbaik untuk menuai hasil politiknya. (Ray)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |