RI Makin Mesra dengan China, Utang dari AS Terus Menyusut!

1 month ago 17

JAKARTA - Peta utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami pergeseran menarik. Data terbaru menunjukkan, pinjaman dari Tiongkok semakin mendominasi, sementara utang dari Amerika Serikat (AS) terus menyusut. Fenomena ini memicu pertanyaan: ke mana arah kiblat keuangan Indonesia selanjutnya?

Bank Indonesia (BI) merilis data ULN terbaru per Juni 2025. Terungkap bahwa total ULN Indonesia mencapai US$433, 4 miliar, atau setara Rp7.014, 57 triliun (kurs Rp16.185). Angka ini turun tipis 0, 62% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$436, 1 miliar.

Namun, sorotan utama tertuju pada komposisi pemberi pinjaman. Utang dari negara lain justru meningkat, dari US$208 miliar pada Mei 2025 menjadi US$206, 5 miliar.

"Posisi ULN Indonesia pada triwulan II 2025 tercatat sebesar US$ 433, 3 miliar, atau secara tahunan tumbuh 6, 1% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2025 sebesar 6, 4% (yoy). Adapun, per Mei 2025, ULN tercatat sebesar US$ 435, 6 miliar, " ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, Jumat (15/8/2025).

Jika menilik dua raksasa ekonomi dunia, AS dan China, terlihat perbedaan yang mencolok. Pada Juni 2025, AS tercatat memberikan utang kepada Indonesia sebesar US$26, 45 miliar, sementara China mencapai US$23, 4 miliar.

Utang dari Negeri Paman Sam terus mengalami penurunan. Pada Juni 2025, terjadi penurunan sebesar 0, 49% dibandingkan Mei 2025. Tren ini semakin menguat setelah bulan sebelumnya juga mencatatkan penurunan signifikan sebesar 3, 84%.

Sebaliknya, utang dari China terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Juni 2025, tercatat kenaikan sebesar 0, 56%, dari US$23, 4 miliar menjadi US$23, 53 miliar.

Dominasi Singapura sebagai pemberi utang terbesar masih tak tergoyahkan sejak 2012, dengan nilai mencapai US$56, 8 miliar per Juni 2025. Jepang, yang dulu merajai daftar pemberi pinjaman pada 2010, kini harus puas berada di urutan keempat.

Agresivitas China dalam memberikan pinjaman ke Indonesia memang patut diacungi jempol. Bayangkan, pada 2010, pinjaman dari China hanya US$2, 49 miliar. Namun, per Juni 2025, angkanya melesat menjadi US$21, 05 miliar!

Pinjaman dari AS dan China memiliki motif yang berbeda. China lebih fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur besar, seperti jalan tol, pelabuhan, smelter, hingga Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sementara AS, lebih banyak menyalurkan dukungan melalui investasi langsung dan bantuan keuangan di sektor-sektor strategis seperti teknologi dan energi.

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, menjadi rebutan kedua negara. Dengan memberikan pinjaman, AS dan China berupaya untuk mengamankan akses terhadap sumber daya tersebut, sekaligus mempererat hubungan bilateral dengan Indonesia.

Pertanyaannya, apakah ketergantungan Indonesia pada pinjaman China akan terus berlanjut? Atau, apakah ada upaya diversifikasi sumber pendanaan untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan politik?

Read Entire Article
Karya | Politics | | |