JAKARTA - Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan pembukaan gerbang rekrutmen besar-besaran, menargetkan puluhan ribu chef bersertifikat untuk memperkuat lini depan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh penjuru negeri. Ini bukan sekadar tentang memasak, melainkan sebuah misi mulia untuk memastikan setiap suapan yang diterima anak-anak Indonesia terjamin higienitas dan kualitasnya.
Wakil Kepala BGN, Nanik Deyang, dalam sebuah konferensi pers di kantor BGN, Jakarta, pada Jumat lalu, memaparkan betapa vitalnya peran koki profesional dalam ekosistem MBG. "Setiap dapur MBG nantinya wajib memiliki dua chef profesional sebagai penentu standar keamanan pangan, " tegasnya, menggarisbawahi pentingnya keahlian khusus dalam skala besar.
Angka yang diungkapkan Nanik sungguh menggiurkan: "Ini peluang kerja, ada 30 ribu dapur yang membutuhkan chef. Kalau masing-masing dapur ada dua chef, maka ada 60 ribu chef yang dibutuhkan." Bayangkan, 60 ribu kesempatan emas bagi para ahli masak untuk berkontribusi langsung pada kesehatan generasi penerus bangsa.
Ia melanjutkan, sentuhan tangan chef profesional adalah kunci rahasia di balik kelezatan dan keamanan pangan. Mulai dari pemilihan bahan baku yang cermat, hingga penguasaan teknik memasak dalam skala besar yang membutuhkan presisi tinggi. "Masak dalam jumlah banyak itu perlu ada teknik, suhunya harus sekian ini, kalau mencuci sayur harus cuci dulu pakai air garam, supaya tidak ada ulat, tidak ada macam-macam binatang, lalu kalau memasak itu gorengnya harus suhunya sekian, ada aturannya, ada tekniknya, " ungkapnya dengan penuh keyakinan, menggambarkan detail proses yang sering terabaikan.
Selama ini, pengelolaan dapur MBG memang banyak mengandalkan semangat warga lokal yang memiliki pengalaman dari dapur rumah tangga atau katering skala kecil. BGN tetap menghargai dan mendorong keterlibatan mereka sebagai asisten dapur yang handal. Namun, untuk posisi strategis sebagai penanggung jawab produksi, keahlian chef bersertifikat menjadi sebuah keharusan.
Tak hanya terbatas pada wilayah perkotaan, BGN juga membuka pintu lebar bagi para chef dari luar daerah, khususnya untuk menjangkau wilayah terpencil. "Chef tidak harus berasal dari daerah setempat. Jika ada chef hotel atau restoran dari kota lain yang siap ditempatkan di desa, itu sangat kami harapkan, " ujar Nanik, menunjukkan komitmen BGN untuk meratakan kualitas tanpa pandang bulu geografis.
Dengan demikian, kehadiran para chef bersertifikat ini diharapkan tidak hanya mendongkrak standar keamanan pangan di seluruh dapur MBG, tetapi juga membuka cakrawala peluang karir baru yang menjanjikan bagi para profesional di bidang kuliner di seluruh Indonesia. Sebuah langkah maju yang patut diapresiasi, demi masa depan gizi anak bangsa yang lebih cerah. (PERS)