BANYUMAS - Masjid Agung Nur Sulaiman kembali menorehkan babak baru dalam kiprah keberdayaannya. Di tengah gerakan MAS-EKODAYA, yang kini mengakar kuat di Kabupaten Banyumas, masjid ini meluncurkan satu kegiatan yang tak biasa: layanan facial khusus muslimah yang dilaksanakan di dalam lingkungan masjid.
Layanan ini bukan sekadar fasilitas kecantikan. Ia adalah bentuk nyata dari ikhtiar memperluas fungsi masjid sebagai pusat kehidupan umat, yang tidak hanya melayani ruhani, tapi juga memberdayakan raga dan keseharian.
“Layanan facial muslimah ini kami hadirkan sebagai bagian dari upaya Masjid Nur Sulaiman untuk menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid juga harus hadir sebagai ruang pemberdayaan, pembelajaran, dan penguatan ekonomi umat, terutama bagi perempuan, ” ungkap Hj. Noor Qomariah, penanggung jawab pelaksana program, kepada awak media, Senin siang (14/07/2025).
“Program ini dijalankan oleh ibu-ibu takmir dalam bidang ekonomi dan pemberdayaan perempuan. Pendapatannya dikelola secara profesional, sebagian untuk pengembangan layanan, sebagian mendukung kebutuhan kas masjid, dan sebagian lainnya menjadi penghargaan atas kerja para facialist. Ini dakwah bil hal, dakwah yang menyentuh kehidupan nyata umat, ” lanjutnya.
Layanan facial ini menggunakan peralatan modern yang aman dan nyaman. Menurut praktisi facial, Naufi Varchach, metode yang digunakan tanpa rasa sakit dan dipadukan dengan totok wajah yang memberi efek menyegarkan serta menenangkan.
“Kami melayani jamaah dan musafirah yang ingin singgah sejenak, melepaskan penat sambil merawat diri. Saat Gebyar Muharram kemarin, animo luar biasa. Karena itu, layanan kami lanjutkan secara reguler. Yang kami rasakan, kegiatan ini tidak hanya mempercantik wajah, tapi juga mempererat hubungan antarperempuan, menumbuhkan semangat berbagi, dan menjadikan masjid lebih dekat dengan kebutuhan umat masa kini, ” tuturnya.
Masjid Nur Sulaiman, sebagai pilot project Gerakan MAS-EKODAYA yang digagas oleh Kepala Kantor Kemenag Banyumas, menjadi simbol perubahan peran masjid dalam masyarakat modern. Dari sajadah hingga kemandirian ekonomi, dari ruang dzikir hingga ruang praktik keterampilan, semua dirangkai dalam semangat membangun peradaban yang seimbang.
Di masjid ini, wajah-wajah yang dirawat adalah lambang dari hati-hati yang dilunakkan. Sentuhan lembut itu tak hanya memoles kulit, tetapi juga menghidupkan asa. Sebab, masjid sejatinya bukan hanya tempat kembali kepada Tuhan, tapi juga tempat kembali menemukan martabat diri.
(Djarmanto-YF2DOI)