Bimtek Desain Kreatif Dorong UMKM Sablon-Konveksi Naik Kelas, Difasilitasi PLUT KUMKM dan Didukung Pokir DPRD Provinsi Sumbar

2 months ago 23

BUKITTINGGI — Dukungan terhadap sektor UMKM terus menjadi perhatian serius, khususnya dalam memperkuat kapasitas pelaku usaha lokal agar mampu naik kelas dan bertahan menghadapi persaingan pasar. Hal inilah yang menjadi semangat utama dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Kapasitas Kewirausahaan Lanjutan Angkatan III, yang memasuki hari kedua pada Rabu, 23 Juli 2025, bertempat di Aula Dinas Pertanian Kota Bukittinggi.

Kegiatan ini diselenggarakan atas fasilitasi Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM Provinsi Sumatera Barat, dan menyasar pelaku UMKM di sektor fashion, sablon, serta konveksi. Peserta berasal dari berbagai daerah, mulai dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, hingga perwakilan komunitas wirausaha muda.

Fokus utama bimtek kali ini adalah penguatan desain kreatif dan strategi bisnis sablon-konveksi yang berkelanjutan dan adaptif, sejalan dengan tuntutan pasar yang semakin dinamis di era digital.

Desain Bukan Sekadar Estetika, Tapi Cerita yang Menjual

Sesi pagi menghadirkan Riswandi Sudarso, praktisi industri kreatif dan founder sebuah studio desain independen. Ia membuka pelatihan dengan menekankan pentingnya desain sebagai instrumen utama dalam membentuk identitas produk dan menarik perhatian pasar.

 “Kalau kita punya barang tapi tidak mempromosikannya, itu sama saja menyimpan potensi tanpa nilai. Kita harus berani tampil dan bersaing di pasar digital seperti Shopee, Tokopedia, dan lainnya, ” ujar Riswandi di hadapan puluhan peserta.

Ia juga mendorong peserta untuk menggali inspirasi dari berbagai platform kreatif seperti Pinterest, Instagram, dan Behance. Namun, yang paling penting menurutnya adalah memanfaatkan kekayaan lokal sebagai nilai tambah desain.

 “Hijau sawah dipadukan biru langit, itu kombinasi warna alami yang bisa langsung kita aplikasikan ke produk. Kita tinggal mengemasnya dalam gaya yang relevan, bisa retro, bisa minimalis, ” jelasnya.

Menurut Riswandi, desain yang kuat bukan hanya soal estetika, tapi soal cerita. Dalam dunia sablon dan konveksi, produk yang punya narasi akan lebih mudah diterima oleh pasar.

> “Desain itu menjual cerita. Kaos bertema budaya lokal dengan gaya retro-modern bisa menarget komunitas niche seperti penggemar kopi, motor klasik, atau musik jazz. Cerita itulah yang menghubungkan konsumen dengan produk, ” jelasnya lebih lanjut.

Ia juga memperkenalkan berbagai teknik sablon, mulai dari sablon manual, sablon DTG (Direct to Garment), hingga eksplorasi digital dengan bantuan AI (Artificial Intelligence).

 “Kita bisa mulai dari mimpi. Dari ide sederhana, bisa lahir desain bernilai tinggi jika digarap serius. Gunakan AI sebagai alat bantu eksplorasi, bukan pengganti kreativitas, ” ujar Riswandi menutup sesinya.

Strategi Naik Kelas: Kenali Diri dan Target Pasar

Sesi kedua diisi oleh Ridho Raidhitya, S.E., pelaku industri sablon dan advertising yang mengupas strategi membangun bisnis sablon dan konveksi yang solid berbasis analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

 “UMKM itu tulang punggung ekonomi. Tapi kita jangan puas hanya bertahan. Harus berani naik kelas dan bertumbuh. Mulailah dengan mengenali posisi bisnis kita secara jujur, ” tegas Ridho saat membuka materinya.

Ridho menjelaskan bahwa banyak pelaku usaha belum sepenuhnya memahami siapa target pasarnya, sehingga strategi merek dan pemasaran sering meleset.

“Mahasiswa, pelaku UMKM, instansi, dan masyarakat umum, semuanya adalah potensi pasar. Tapi masing-masing harus dipetakan dengan pendekatan berbeda. Strategi merek harus personal dan relevan, ” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya pengembangan SDM dan inovasi produk. Dalam membangun bisnis kreatif, karyawan atau tim harus dilatih untuk memiliki daya adaptasi, komunikasi yang baik, dan semangat berinovasi.

 “Public speaking, negosiasi, dan kemampuan komunikasi penting sekali. Jangan hanya bisa produksi, tapi juga harus bisa menjual dan meyakinkan, ” ungkap Ridho.

Ia menyebutkan bahwa pelayanan terhadap pelanggan adalah salah satu kunci utama mempertahankan loyalitas konsumen.

 “Cepat tanggap, informasi jelas, konsisten dalam tampilan visual, dan adanya tindak lanjut — semua itu bagian dari pelayanan. Jangan remehkan hal-hal kecil yang sering diabaikan, ” tambahnya.


Dalam era industri 4.0, Ridho juga menekankan pentingnya digitalisasi dan automasi operasional agar UMKM dapat mempercepat proses produksi dan distribusi.

 “UMKM harus naik kelas, bukan cuma bertahan di level bawah. Kita harus punya 3 pilar daya saing: kreativitas, efisiensi, dan pelayanan, ” tegasnya.


Didukung Pokok Pikiran DPRD Provinsi Sumatera Barat

Bimtek ini dimoderatori oleh Fikri dan merupakan bagian dari aspirasi pokok pikiran (Pokir) anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, Asril, SE, yang konsisten memberi perhatian pada sektor UMKM dan ekonomi kreatif, khususnya di wilayah Kabupaten Agam dan sekitarnya.

 “Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut tahun depan. Materi yang disampaikan sangat praktis, aplikatif, dan bisa menjadi bekal penting bagi pelaku usaha dalam meningkatkan daya saing, ” ujar Asril saat memberikan sambutan di sela kegiatan.


Asril menambahkan, sektor sablon dan konveksi punya potensi besar dalam penciptaan lapangan kerja di kalangan muda, jika didorong dengan pelatihan yang tepat.

 “Anak muda kita banyak yang kreatif. Tinggal diberi ruang dan dukungan. Kalau mereka punya keterampilan desain dan produksi, mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, ” ungkapnya.

Apresiasi dan Harapan dari Dinas Koperasi & UKM

Perwakilan dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Barat turut hadir dalam kegiatan ini dan menyampaikan apresiasi atas antusiasme para peserta.

 “Kami dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Barat menyampaikan terima kasih atas semangat peserta yang luar biasa. Mohon maaf jika ada kekurangan, baik dari sisi konsumsi maupun teknis lainnya, ” ujar salah satu pejabat yang hadir.


Ia menegaskan komitmen pemerintah provinsi untuk terus mendukung pelatihan serupa, dengan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan riil pelaku usaha di lapangan.(Lindafang)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |