Bukittinggi — Hari kedua Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Kewirausahaan Lanjutan Angkatan 1 yang digelar di UPTD Balai Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian (BPPP) Disbuntanhort Provinsi Sumatera Barat, Bukittinggi, Selasa (15/7/2025), menghadirkan narasumber dari PLUT KUMKM Provinsi Sumatera Barat.
Salah satu narasumber utama, Prof. Dr. Ir. Reflinaldon, M.Si, menyampaikan materi tentang budidaya kopi sebagai tren baru yang berpotensi menjadi penggerak ekonomi masyarakat Sumbar, khususnya Kabupaten Agam.
“Potensi wilayah Agam sangat luar biasa. Dengan ketinggian 709—1.500 meter di atas permukaan laut, curah hujan 2.500—3.000 mm per tahun, tanah subur, dan suhu ideal 16—26°C, daerah ini sangat cocok untuk kopi, baik Arabika maupun Robusta, ” jelas Reflinaldon.
Ia juga memaparkan data terkini, di mana Kabupaten Agam pada 2022 memiliki luas perkebunan kopi sekitar 1.710 hektare dengan produksi mencapai 158, 4 ton. Produksi kopi Arabika meningkat dari 292 ton pada 2012 menjadi 349 ton pada 2017, sementara Robusta naik dari 575 ton ke 710 ton pada periode yang sama.
“Agam saat ini masuk lima besar penghasil kopi di Sumatera Barat dengan output mencapai 1.238 ton per tahun. Ini peluang besar untuk memperkuat ekonomi petani, ” lanjutnya.
Reflinaldon juga menekankan pentingnya penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dalam budidaya kopi, mulai dari seleksi benih, penanaman, pemupukan, hingga proses pascapanen.
“Arabika memiliki rasa lebih halus dan aroma kaya, tapi produktivitasnya lebih rendah. Robusta lebih kuat dan pahit, lebih tahan kondisi buruk, cocok untuk kopi instan. Keduanya punya pasar masing-masing yang sangat potensial, ” ujarnya.
Edukasi Kopi dan Digitalisasi
Narasumber lain, Wahyu Nusa Lubis, yang dikenal luas dalam dunia kopi Indonesia, memberikan materi tentang kualitas kopi, pemasaran, dan pentingnya edukasi berkelanjutan.
“Apapun keahlian barista, kalau kualitas kopinya buruk, rasa kopi tetap tidak akan enak. Maka proses budidaya dan pascapanen sangat menentukan, ” tegas Wahyu.
Wahyu juga mengajak para peserta untuk bangga dengan kopi Minang dan aktif bergabung dalam asosiasi kopi Minang.
“Hari ini kita sudah mulai digitalisasi lahan dan mendorong sertifikasi kopi Minang. Kita ingin kopi kita diakui dunia dengan kualitas yang membanggakan, ” katanya penuh semangat.
Menurut Wahyu, melalui inovasi dan kolaborasi, kopi Minang dapat menjadi komoditas unggulan Sumatera Barat, mendukung petani agar lebih sejahtera, sekaligus memperkenalkan keunikan rasa kopi Minang ke pasar nasional dan internasional.
“Sedikit tapi ada, sedikit tapi nyata, sedikit tapi berharga, ” ujar Wahyu, menyampaikan slogan yang menginspirasi peserta.
Peserta Antusias dan Serius
Pelatihan yang digagas melalui pokok-pokok pikiran (Pokir) anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, Asril, SE, dari Fraksi NasDem, ini diikuti dengan penuh antusias. Para peserta aktif bertanya dalam sesi diskusi, mulai dari aspek teknis budidaya, peluang pasar, hingga strategi digital marketing untuk produk kopi.
“Saya sangat senang melihat antusiasme para peserta. Ini menunjukkan semangat besar untuk membangun usaha kopi yang profesional, berdaya saing, dan membawa kesejahteraan, ” ungkap Asril, SE.
Selain edukasi budidaya, para peserta juga mendapatkan materi lengkap mengenai proses penanaman, penyulaman, pemupukan, panen, hingga penyimpanan kopi sesuai standar GAP.
Dengan semangat kolaborasi dan edukasi, Bimtek ini diharapkan dapat melahirkan petani kopi yang tidak hanya handal di kebun, tetapi juga mampu mengelola bisnis kopi secara modern dan mendunia.
"Mari kita bangun bersama-sama kopi Sumatera Barat sebagai ikon ekonomi baru. Bukan sekadar tanaman, tapi juga kebanggaan daerah, " tutup Asril, SE.
Laporan: Lindafang / IndonesiaSatu.co.id)