JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari dunia pertambangan! PT Bayan Resources Tbk (BYAN) baru saja menelan mentah-mentah terminal khusus batu bara beserta fasilitas pendukungnya yang berlokasi di Desa Sebelang, Kalimantan Timur. Nilai akuisisi ini tidak main-main, mencapai Rp 3, 45 triliun, belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Transaksi jumbo ini dilakukan melalui anak usahanya, PT Fajar Sakti Prima (FSP).
Rincian transaksi yang berlangsung pada Rabu (25/6/2025) itu mencakup tanah senilai Rp 69 miliar, bangunan kantor dan mess, dermaga dan infrastruktur pendukung sebesar Rp 1, 31 triliun. Kemudian, ada juga mesin, peralatan, alat berat dan kendaraan senilai Rp 1, 54 triliun, serta construction in progress (CIP) sebesar Rp 375 miliar. Semuanya masih belum termasuk PPN lho!
Yang menarik, bersamaan dengan akuisisi ini, BYAN juga menunjuk PT Nirmala Matranusa (NMN), perusahaan afiliasi, sebagai pelaksana konstruksi terminal yang baru saja diakuisisi. Nilai kontrak yang disepakati mencapai Rp 151 miliar.
Bagi yang belum tahu, Bayan Resources adalah perusahaan batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, yang namanya masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Beliau berada di urutan ketiga, di bawah Prajogo Pangestu dan Hartono bersaudara.
Menurut Direktur Utama Bayan Resources, Low Tuck Kwong, transaksi afiliasi ini telah melalui prosedur yang sesuai dengan praktik bisnis yang berlaku.
"Transaksi afiliasi tidak mengandung benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam POJK No. 42/POJK.04/2020 tentangan transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan dan seluruh informasi material telah diungkapkan dalam keterbukaan informasi dan informasi tersebut tidak menyesatkan, " papar Low Tuck Kwong dalam keterangan resmi, MInggu (20/7/2025).
Tim independen dari KJPP Daz Rekan yang ditunjuk BYAN pun memberikan lampu hijau. Mereka menilai bahwa transaksi ini wajar setelah menganalisis berbagai aspek, mulai dari ruang lingkup pekerjaan hingga data dan informasi yang diperoleh dari manajemen BYAN.
Lantas, apa alasan di balik akuisisi besar ini? Menurut BYAN, langkah ini diambil untuk mengoptimalkan kegiatan operasional perusahaan. Mereka meyakini, dengan memiliki terminal sendiri, operasional perusahaan akan lebih menguntungkan dari sisi harga dibandingkan jika dilakukan oleh pihak lain.
Selain itu, penunjukan PT NMN sebagai pelaksana konstruksi juga bukan tanpa alasan. BYAN menilai NMN memiliki pengalaman dalam membangun dermaga (jetty) sehingga diharapkan dapat mempercepat penyelesaian proyek. Fleksibilitas NMN dalam menyelesaikan proyek sesuai ekspektasi BYAN, baik dari sisi kualitas, desain, waktu penyelesaian, dan lain-lain, menjadi nilai tambah tersendiri.
Tim penilai juga menambahkan bahwa PT NMN memberikan penawaran harga yang lebih kompetitif karena mampu menekan biaya mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang dibutuhkan.
Dengan akuisisi ini, BYAN seolah menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan bisnis batu bara. Patut dinantikan bagaimana langkah ini akan berdampak pada kinerja perusahaan di masa depan. (Investment.co.id)