DENPASAR - Xiong'an, kota futuristik di China, menjadi saksi peluncuran internet tercepat di dunia: 10G. Sementara itu, Indonesia masih berjuang memperluas jaringan 5G.
China kembali mengejutkan dunia dengan gebrakan teknologi terbarunya: peluncuran jaringan internet 10G pertama di dunia yang menawarkan kecepatan unduh hampir 10 gigabit per detik. Inovasi revolusioner ini diumumkan pada Minggu (20/4) di kota Xiong’an, Hebei — kota masa depan yang sejak 2017 dirancang Presiden Xi Jinping sebagai pusat teknologi mutakhir Negeri Tirai Bambu.
Dikembangkan oleh Huawei dan China Unicom, jaringan ini menggunakan teknologi 50G-PON yang memungkinkan kecepatan unduh hingga 9.834 Mbps, unggah 1.008 Mbps, serta latensi hanya 3 milidetik. Dengan kecepatan ini, film 4K sebesar 40GB dapat diunduh dalam waktu kurang dari 20 detik — jauh melampaui kecepatan internet global saat ini.
Tak hanya untuk hiburan seperti streaming video 8K tanpa buffering, internet 10G juga mendukung pengembangan teknologi masa depan, mulai dari mobil otonom, VR/AR, hingga kota pintar berbasis AI. Peluncuran ini menempatkan China di garis depan revolusi broadband global, melampaui negara-negara seperti UEA dan Qatar.
Xiong'an sendiri dirancang dengan konsep "lingkaran hidup 15 menit", di mana segala kebutuhan warga tersedia dalam jarak tempuh berjalan kaki. Kota ini menjadi laboratorium nyata bagi penerapan internet ultra-cepat dan teknologi pintar.
Namun, tak semua berjalan mulus. Bloomberg melaporkan proyek senilai US$100 miliar itu masih kesulitan menarik investasi swasta, bahkan disebut-sebut sebagai “kota hantu” karena minimnya aktivitas ekonomi.
Sementara China melesat dengan internet 10G, Indonesia masih tertatih di era 5G. Berdasarkan data Speedtest Global Index by Ookla, kecepatan rata-rata internet mobile Indonesia hanya 28, 80 Mbps — menempatkan Indonesia di posisi ke-86 dunia, bahkan di bawah Filipina dan Laos.
Kominfo menargetkan peningkatan kecepatan internet nasional menjadi 37–40 Mbps, serta layanan broadband hingga 100 Mbps dengan tarif terjangkau. Namun, realisasi target tersebut masih terganjal oleh terbatasnya infrastruktur dan akses spektrum. Pemerintah pun merencanakan lelang frekuensi baru pada 2025 untuk mengejar ketertinggalan ini.
Perbandingan mencolok terlihat dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara:
Singapura: 129, 13 Mbps (peringkat 15 dunia)
Malaysia: 105, 36 Mbps
Vietnam: 86, 96 Mbps
Thailand: 65, 47 Mbps
Laos: 36, 64 Mbps
Filipina: 36, 36 Mbps
Indonesia: 28, 80 Mbps (peringkat 86 dunia)
Dengan peluncuran internet 10G ini, China tak hanya membangun jaringan tercepat di dunia, tetapi juga mengirim pesan kuat tentang siapa yang siap memimpin masa depan digital. Pertanyaannya, apakah Indonesia mampu mengejar atau justru tertinggal lebih jauh? (Ray)