PANGKEP SULSEL - Perkebunan sejak lama menjadi salah satu penopang utama perekonomian masyarakat, baik skala kecil maupun besar. Namun, tantangan global seperti perubahan iklim, keterbatasan lahan, hingga meningkatnya kebutuhan pangan menuntut adanya inovasi. Di sinilah teknologi hadir sebagai solusi yang mampu mengubah wajah perkebunan menjadi lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.
Sentuhan teknologi dalam perkebunan tidak hanya sebatas penggunaan mesin, tetapi juga mencakup penerapan digitalisasi, sensor, kecerdasan buatan, hingga data analitik. Dengan teknologi tersebut, petani atau pengelola kebun dapat mengambil keputusan yang lebih cepat dan tepat. Misalnya, menentukan waktu tanam, pola pemupukan, hingga prediksi hasil panen dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Salah satu teknologi yang kini marak digunakan adalah Internet of Things (IoT). Dengan sensor yang dipasang di lahan, petani bisa memantau kelembapan tanah, suhu, dan kebutuhan air tanaman secara real time melalui ponsel. Hasilnya, penggunaan air bisa lebih efisien, bahkan hingga mengurangi pemborosan hingga 30–40 persen. Hal ini sangat penting di era perubahan iklim yang membuat air semakin berharga.
Selain itu, drone pertanian juga menjadi terobosan baru. Drone dapat digunakan untuk menyemprot pupuk cair atau pestisida secara merata dalam waktu singkat, bahkan pada lahan yang sulit dijangkau. Lebih jauh lagi, drone juga mampu memetakan kondisi tanaman, sehingga masalah hama atau kekurangan nutrisi bisa dideteksi lebih awal sebelum merugikan hasil panen.
Teknologi big data dan kecerdasan buatan (AI) juga berperan besar. Data dari lahan perkebunan dapat dikumpulkan, dianalisis, dan diolah menjadi rekomendasi yang aplikatif bagi petani. Dengan demikian, petani tidak lagi bekerja hanya berdasarkan insting, melainkan dengan dasar ilmiah yang terukur. Hal ini bisa mengurangi risiko gagal panen sekaligus meningkatkan kualitas hasil.
Namun, penerapan teknologi di perkebunan tidak lepas dari tantangan. Faktor biaya, keterampilan petani, hingga akses jaringan internet masih menjadi kendala di banyak daerah. Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan lembaga pendidikan untuk memberikan dukungan berupa subsidi, pelatihan, dan infrastruktur. Tanpa hal ini, kesenjangan teknologi di perkebunan bisa semakin melebar.
Meski begitu, manfaat jangka panjang dari penerapan teknologi sangat besar. Efisiensi biaya produksi, peningkatan hasil panen, serta kualitas produk yang lebih baik akan membuka peluang pasar yang lebih luas, termasuk ekspor. Teknologi juga membantu menjawab isu keberlanjutan, karena praktik pertanian yang ramah lingkungan dapat lebih mudah diterapkan.
Lebih dari itu, teknologi dapat menarik minat generasi muda untuk kembali terjun ke dunia perkebunan. Selama ini, sektor pertanian dan perkebunan sering dianggap kuno dan kurang menjanjikan. Namun, dengan adanya inovasi digital, sektor ini bisa tampil sebagai bidang yang modern, menantang, dan punya masa depan cerah.
Pada akhirnya, sentuhan teknologi bukanlah sekadar tren, melainkan kebutuhan nyata. Perkebunan modern yang berbasis teknologi akan menjadi tulang punggung ketahanan pangan sekaligus motor ekonomi hijau. Jika semua pihak bergerak bersama, masa depan perkebunan Indonesia bukan hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di kancah global.
Baik, saya ringkas opini tersebut jadi poin-poin singkat:
Sentuhan Teknologi untuk Perkebunan
1. Perkebunan butuh inovasi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan kebutuhan pangan yang terus meningkat.
2. Teknologi digital (sensor, AI, data) membantu petani mengambil keputusan lebih cepat dan akurat.
3. Internet of Things (IoT) memungkinkan pemantauan kelembapan tanah, suhu, dan kebutuhan air secara real time → hemat air hingga 30–40%.
4. Drone pertanian efektif untuk pemupukan, penyemprotan pestisida, dan pemetaan lahan.
5. Big data & AI mengubah data lahan jadi rekomendasi praktis → kurangi risiko gagal panen.
6. Tantangan utama: biaya tinggi, keterampilan petani, dan akses internet yang terbatas.
7. Solusi: kolaborasi pemerintah, swasta, dan pendidikan untuk pelatihan, subsidi, dan infrastruktur.
8. Manfaat jangka panjang: hasil panen lebih tinggi, ramah lingkungan, dan produk siap masuk pasar global.
9. Generasi muda tertarik kembali ke perkebunan karena kini tampil modern, digital, dan menjanjikan masa depan cerah
Pangkep 30 September 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan