Kiwirok, Papua Pegunungan - Isu “pemboman udara oleh TNI” kembali mengguncang publik Papua setelah kelompok bersenjata TPNPB-OPM menuduh aparat TNI melancarkan serangan udara terhadap permukiman warga di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada 7 Oktober 2025.
Namun hasil investigasi lapangan dan penelusuran Tim Papua Insight menunjukkan gambaran berbeda: tidak ada serangan udara yang dilakukan TNI, dan peristiwa yang terjadi justru pembakaran gedung sekolah oleh kelompok bersenjata.
I. Kronologi Versi TPNPB
Melalui kanal Telegram dan situs simpatisan, juru bicara Lamek Taplo menuduh helikopter TNI menjatuhkan bom di sekitar Kiwirok sebagai balasan atas operasi sebelumnya.
Mereka mengklaim beberapa titik di Kiwirok “dibombardir”, menyebabkan warga mengungsi ke hutan.
Namun tudingan itu tidak disertai bukti visual, video, atau laporan saksi yang dapat diverifikasi.
Seluruh keterangan hanya bersumber pada testimoni anonim yang disebut “warga lokal”.
II. Kronologi Versi Aparat dan Media Nasional
Bertolak belakang dengan klaim TPNPB, laporan resmi aparat dan sejumlah media nasional seperti Liputan6, Okezone, CNN Indonesia Regional, dan Tempo, menunjukkan fakta berbeda:
* Sekitar pukul 07.45 WIT, sekelompok orang bersenjata tak dikenal menyerang dan membakar SMP Negeri Kiwirok di Kampung Sopamikma.
* Tidak ada indikasi pengeboman udara atau serangan helikopter.
* Aparat gabungan Satgas 330/Tri Dharma dan Brimob Nduga segera melakukan penyisiran pasca kebakaran.
“Tidak ada operasi udara ofensif TNI di Kiwirok. Yang terjadi adalah pembakaran sekolah oleh kelompok separatis, ” tegas Letkol Czi Ghofar Ngadiyono, Kapendam XVII/Cenderawasih, dalam konferensi pers di Jayapura (8/10).
III. Kesaksian Warga: Helikopter Lewat, Tapi Tak Ada Bom
Tiga warga Kiwirok yang kini mengungsi di Oksibil mengonfirmasi bahwa memang terdengar suara helikopter dan tembakan, namun tidak ada bom yang dijatuhkan.
“Helikopter lewat rendah dua kali, tapi kami tidak lihat bom. Yang kami tahu sekolah terbakar, asap banyak, ” ujar Mekson Numi (36), warga Sopamikma.
“Tentara datang setelah sekolah habis terbakar, bukan mereka yang bakar, ” tambah Yohanes Sen, warga setempat.
Kesaksian ini memperkuat laporan bahwa **aktivitas udara TNI hanya berupa patroli dan dukungan logistik**, bukan operasi pengeboman.
IV. Pola Lama Narasi “Pemboman”
Kasus ini bukan kali pertama.
Pada 2021, narasi serupa sempat viral ketika TPNPB menuduh TNI membom wilayah Kiwirok tuduhan yang kemudian terbantahkan karena tak ada bukti forensik atau citra udara.
Menurut Dr. Yudi Rahardjo, pengamat militer dari Universitas Pertahanan Indonesia, tuduhan “pengeboman” kerap digunakan sebagai alat propaganda moral untuk menggiring opini internasional.
“Narasi seperti ini dirancang untuk menampilkan TNI sebagai pelaku kekerasan terhadap warga sipil, padahal di lapangan sering kali terjadi kontak tembak dengan kelompok separatis bersenjata, ” ujarnya.
V. Analisis Independensi Informasi
Hampir semua sumber yang menyebarkan isu pemboman 7 Oktober 2025 tidak menyertakan data, foto, atau nama saksi yang dapat diverifikasi.
Sebaliknya, laporan resmi Kodam XVII, Polres Pegunungan Bintang, dan pemerintah daerah menunjukkan:
* Tidak ada korban sipil.
* Tidak ada kerusakan akibat ledakan.
* Objek yang terbakar hanya SMP Negeri Kiwirok.
Fakta lain: kelompok TPNPB sendiri mengakui bertanggung jawab atas pembakaran sekolah, dengan alasan bangunan tersebut digunakan aparat keamanan.
Pola ini memperkuat dugaan bahwa narasi pemboman digunakan untuk mengalihkan perhatian publik dari aksi kekerasan mereka sendiri.
VI. Konteks Keamanan Kiwirok
Distrik Kiwirok merupakan wilayah rawan konflik sejak 2021, menjadi basis kelompok Lamek Taplo dan Numbuk Telenggen yang terlibat dalam sejumlah serangan terhadap tenaga kesehatan dan aparat.
Pasukan TNI-Polri hingga kini menempatkan personel pengamanan terbatas untuk menjaga fasilitas umum dan jalur logistik warga.
Aparat menegaskan bahwa operasi keamanan di Kiwirok bersifat defensif dan intelijen, tanpa penggunaan bom atau serangan udara berat.
VII. Kesimpulan Investigatif
Berdasarkan data yang terverifikasi hingga 9 Oktober 2025, Tim Papua Insight menyimpulkan:
* Tidak ditemukan bukti sahih adanya serangan udara oleh TNI di Kiwirok.
* Peristiwa sebenarnya adalah pembakaran SMP Negeri Kiwirok oleh kelompok bersenjata.
* Aktivitas helikopter TNI bersifat pemantauan dan logistik, bukan ofensif.
* Klaim pemboman merupakan narasi propaganda digital yang belum diverifikasi secara independen.
Penutup
Perang di Papua tak hanya terjadi di lapangan, tapi juga di dunia informasi.
Klaim, opini, dan propaganda bersaing untuk merebut persepsi publik sementara kebenaran kerap tertimbun kabut.
Dalam situasi seperti ini, peran jurnalis menjadi krusial: bukan hanya menulis berita, tetapi menyingkap fakta dan menepis kabut informasi.
“Fakta di Papua tak pernah hitam putih, ” ujar seorang relawan kemanusiaan di Oksibil. “Yang hitam adalah kabut narasi yang menutupi siapa sebenarnya yang membakar, menembak, dan menakuti warga.”
Penulis: Tim Investigasi Papua Insight
Editor: Redaksi Nasional
Tanggal: 9 Oktober 2025
Wilayah Liputan: Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan








































