PANGKEP SULSEL - Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia memperingati detik-detik proklamasi dengan gegap gempita. Namun di balik upacara dan lomba-lomba yang meriah, tersimpan harapan besar agar semangat kemerdekaan tidak hanya menjadi simbol, melainkan ruh yang menggerakkan seluruh elemen bangsa menuju cita-cita bersama: Indonesia yang bersatu, berdaulat, rakyatnya sejahtera, dan maju dalam segala bidang.
Tema HUT RI ke-80 tahun ini, “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju, ” bukan sekadar rangkaian kata yang indah. Tema ini mencerminkan arah dan semangat bangsa untuk menata masa depan dengan fondasi yang kokoh. Persatuan adalah kekuatan utama bangsa Indonesia sejak masa perjuangan. Tanpa persatuan, tidak ada kemerdekaan. Dan tanpa menjaga persatuan hari ini, kemajuan hanyalah mimpi.
Berdaulat berarti Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri, baik dalam politik, ekonomi, maupun budaya. Kedaulatan tidak bisa ditawar-tawar. Dalam era digital dan globalisasi, tantangan kedaulatan hadir dalam bentuk baru—dari perang informasi, ketergantungan teknologi, hingga dominasi pasar asing. Kita harus mampu menghadapinya dengan inovasi, kolaborasi, dan pendidikan yang berkualitas.
Kemerdekaan yang sejati adalah ketika rakyat merasa sejahtera. Sejahtera bukan hanya tentang angka statistik, tapi juga tentang meratanya akses pendidikan, layanan kesehatan, lapangan pekerjaan, dan keadilan sosial. Pemerintah memang punya peran besar, tetapi masyarakat juga wajib terlibat aktif—dari tingkat desa hingga kota, dari generasi tua hingga muda.
Indonesia tidak akan maju jika kemajuan hanya dinikmati segelintir orang. Maju berarti seluruh anak bangsa, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, punya peluang yang sama untuk berkembang. Maka, investasi terbesar bukanlah pada infrastruktur beton semata, melainkan pada manusia—pada generasi yang berpikir kritis, berjiwa pemimpin, dan cinta tanah air.
Saat kita memperingati usia ke-80 kemerdekaan, patut kita bertanya: apa yang sudah kita berikan untuk negeri ini? Kemerdekaan bukan warisan yang bisa diwariskan begitu saja. Ia harus diperjuangkan kembali setiap hari, melalui tindakan nyata: menjaga lingkungan, menjunjung toleransi, melawan korupsi, hingga menyebarkan informasi yang benar di tengah masyarakat.
Momentum HUT RI ini seharusnya menjadi titik balik bagi semua lapisan masyarakat. Ini saatnya untuk meninggalkan sekat-sekat kepentingan pribadi atau golongan, dan menyatukan langkah demi kepentingan bangsa. Jika rakyat dan pemimpin bisa duduk satu meja, saling mendengar dan bekerja sama, maka kemajuan bukan lagi ilusi.
Peringatan kemerdekaan juga merupakan momen refleksi. Apa arti merdeka bagi seorang petani, nelayan, guru, pedagang kecil, atau mahasiswa? Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan, tapi bebas dari ketakutan akan masa depan. Ketika semua anak bisa sekolah, semua ibu bisa melahirkan dengan aman, semua warga bisa hidup layak—saat itulah kita benar-benar merdeka.
Dirgahayu Indonesia yang ke-80 adalah pengingat bahwa kita tidak boleh puas hanya dengan simbolik kemerdekaan. Tantangan ke depan lebih kompleks dan membutuhkan semangat kolektif. Mari kita jadikan tema tahun ini sebagai panggilan untuk bertindak, agar mimpi Indonesia Maju bukan sekadar narasi, tetapi kenyataan yang bisa kita rasakan bersama.
Pangkep 3 Agustus 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI) Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan