OPM Dinilai Hanya Adu Domba Rakyat Papua demi Kepentingan Pribadi

3 hours ago 3

PAPUA - Isu persatuan rakyat Papua kembali diguncang oleh manuver Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok bersenjata ini dinilai semakin gencar memainkan strategi adu domba di tengah masyarakat, bukan untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama, melainkan demi mempertahankan kepentingan segelintir elit mereka.

Sejumlah tokoh masyarakat menyebut, OPM kerap mengobarkan isu kemerdekaan untuk memancing simpati, namun pada kenyataannya strategi itu hanya melahirkan perpecahan. Rakyat kecil dijadikan korban, sementara pimpinan kelompok justru hidup nyaman di luar negeri.

“Hanya Pandai Mengadu Domba”

Tokoh pemuda Kabupaten Paniai, Yonas Gobai, menegaskan bahwa masyarakat sudah semakin sadar terhadap praktik manipulatif OPM.

“Selama ini OPM hanya pandai mengadu domba masyarakat dengan isu kemerdekaan. Padahal, yang mereka lakukan hanyalah memanfaatkan anak-anak muda untuk angkat senjata, sedangkan pimpinan mereka berada di luar negeri hidup enak, ” ungkapnya, Senin (22/9/2025).

Kekecewaan serupa juga disampaikan oleh tokoh adat Dogiyai, Markus Mote, yang menilai OPM sudah terlalu sering menabur benih saling curiga.

“Mereka membuat masyarakat saling menuduh. Ada yang dicap mata-mata, ada yang dituduh pengkhianat, padahal semua itu hanya permainan untuk menutupi kepentingan pribadi kelompok OPM. Ini bukan perjuangan, ini manipulasi, ” tegasnya.

Perpecahan Jadi Senjata Politik

Strategi adu domba yang dimainkan OPM terbukti menimbulkan keretakan serius di tengah masyarakat Papua. Rasa saling percaya menurun, hubungan antarwarga memburuk, hingga aksi kekerasan kerap muncul sebagai imbas dari provokasi yang mereka ciptakan.

Alih-alih menghadirkan solusi, kehadiran OPM justru memperdalam luka sosial. Bagi sebagian besar masyarakat, kelompok ini lebih banyak membawa keresahan ketimbang harapan.

Rakyat Papua Butuh Pembangunan, Bukan Perpecahan

Tokoh gereja Jayawijaya, Pdt. Yafet Wonda, mengingatkan bahwa rakyat Papua membutuhkan perhatian nyata, bukan retorika yang memecah belah.

“Rakyat Papua butuh pembangunan, pendidikan, dan kesehatan, bukan perpecahan. Tapi OPM justru menjadikan rakyat sebagai korban demi kepentingan politik segelintir orang. Ini sudah saatnya dihentikan, ” ujarnya.

Kini, semakin banyak warga Papua yang berani bersuara menolak praktik OPM. Mereka menyadari bahwa narasi perjuangan yang selalu didengungkan kelompok ini hanyalah kedok untuk memperkaya diri dan mempertahankan eksistensi kelompok sempit.

Kesadaran Baru di Tanah Papua

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa OPM bukan solusi bagi masa depan Papua. Justru sebaliknya, mereka adalah sumber masalah yang memperparah penderitaan rakyat. Gelombang kesadaran masyarakat yang mulai berani membongkar praktik manipulasi ini menjadi harapan baru: bahwa Papua harus bangkit dari politik adu domba menuju pembangunan yang nyata dan damai.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |