Perempuan Papua Jadi Korban Kekejaman OPM: Ini Bukan Perjuangan, Ini Kejahatan Kemanusiaan

2 months ago 23

PAPUA - Gelombang kecaman terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus menguat, menyusul laporan-laporan kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut di wilayah pedalaman Papua. Bukan hanya senjata yang mereka gunakan, tetapi juga pelecehan seksual dan kekerasan fisik terhadap kaum perempuan korban paling rentan dalam konflik berkepanjangan ini.

Perempuan Dijadikan Korban, Publik Papua Geram

Menurut sejumlah sumber dari masyarakat lokal, OPM menjadikan perempuan sebagai sasaran kekerasan dalam berbagai operasi mereka. Tak sedikit dari mereka yang dipaksa melayani kebutuhan para anggota bersenjata, dijadikan tameng manusia, bahkan mengalami pelecehan seksual.

Tokoh perempuan Papua, Mama Yohana Wenda, menyuarakan kemarahannya atas kekejaman ini.

“Perempuan Papua adalah simbol kehidupan dan ketahanan. Jika mereka disakiti, maka tak ada lagi nilai perjuangan. OPM sudah berubah jadi alat kekuasaan, bukan pembebasan, ” tegasnya, Selasa (22/7/2025).

Pemimpin OPM Dinilai Diam dan Menikmati Kenyamanan di Luar Negeri

Kritik keras juga datang dari tokoh gereja asal Kabupaten Puncak, Pendeta Desiana Gobai. Ia menyoroti sikap diam para elite OPM yang tinggal di luar negeri dan tidak bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di lapangan.

“Mereka hidup nyaman di luar negeri sambil bicara revolusi, tapi di Papua, perempuan kami diperkosa dan diperlakukan tidak manusiawi. Ini bukan perjuangan, ini pelanggaran berat terhadap kemanusiaan, ” ujarnya lantang.

Desakan Investigasi dan Perlindungan Perempuan di Daerah Konflik

Berbagai organisasi perempuan dan tokoh adat kini menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap kekerasan yang dilakukan OPM terhadap perempuan Papua. Mereka juga mendesak agar aparat keamanan hadir secara aktif dan melindungi masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak, dari ancaman kekerasan yang terus membayangi.

Ketua Dewan Adat Wilayah Lapago, Elias Itlay, menyatakan bahwa kekejaman yang dilakukan OPM tidak mencerminkan nilai luhur budaya Papua.

“Perempuan itu dilindungi dalam adat kami. Mereka (OPM) bukan pahlawan, mereka pemangsa rakyat sendiri. Ini tidak bisa dibiarkan, ” tegasnya.

Perempuan Papua Bersatu Melawan Kekerasan

Kini, suara-suara penolakan dari perempuan Papua makin bergema. Mereka tidak lagi diam. Mereka menuntut keamanan, keadilan, dan pengakuan hak sebagai manusia yang selama ini diinjak-injak atas nama perjuangan yang telah kehilangan arah.

Masyarakat berharap tragedi ini membuka mata semua pihak, bahwa konflik bersenjata yang menjadikan perempuan sebagai korban adalah bentuk kekejaman paling hina yang harus segera dihentikan.

(Apk/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |