PANGANDARAN JAWA BARAT– Kasus tabrak lari yang menimpa seorang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada Minggu, 22 September 2025, meninggalkan persoalan panjang. Saat ini, korban tengah menjalani perawatan intensif di RSUD Pandega Pangandaran, namun yang menjadi pertanyaan besar adalah...Setelah perawatan selesai, pasien ODGJ ini harus dibawa ke mana?
Biasanya, Dinas Sosial Kabupaten Pangandaran menyerahkan pasien ODGJ ke Rumah Solusi Himathera Indonesia yang beralamat di Desa Kertajaya Kecamaran Cigugur. Yayasan Himatera ini adalah lembaga Rehabilitasi yang sudah belasan tahun menjadi garda terdepan dalam pemulihan Sahabat Jiwa, namun kondisi Himathera kini tengah diguncang oleh ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga menimbulkan Dilema Besar bagi Pemerintah Daerah.
Sementara Rai, Ahli Muda DinsosPMD Pangandaran, tampak kebingungan saat diwawancarai oleh beberapa orang awak media.
“Biasanya langsung kami titipkan di Himathera Indonesia. Tapi sekarang dengan kondisi Himathera yang diganggu, kami benar-benar bingung.
Kami bahkan sampai bermalam-malam di RS Pandega, hanya untuk memastikan pasien ini tidak terlantar. Jujur saja, kami juga balik bertanya ke teman-teman media, apakah ada solusi? Karena kami khawatir sekali dengan nasib pasien ini, ” ujarnya dengan nada penuh kegelisahan.
Kebingungan ini rupanya tidak hanya dirasakan oleh DinsosPMD, Dinas Kesehatan, Satpol PP, hingga Dinas Pariwisata pun ikut berpikir keras mencari solusi terbaik demi kebaikan Sahabat Jiwa. Semua pihak menyadari bahwa persoalan ini tidak bisa ditangani secara parsial, tetapi membutuhkan sinergi lintas sektor.
Seorang relawan Sahabat Jiwa yang ikut mendampingi pasien ODGJ menuturkan,
“Kalau bukan Himathera, ke mana lagi? Di sinilah biasanya para Sahabat Jiwa ditolong, diberi harapan, bahkan diajari berkarya. Kami khawatir kalau tempat seperti Himathera tidak dijaga, nasib pasien-pasien ODGJ seperti ini akan terombang-ambing.”
Sementara itu, salah satu keluarga pasien Sahabat Jiwa yang sedang menjalani rehabilitasi di Himathera menambahkan,
“Kami tidak sanggup merawat di rumah. Kalau tidak ada Himathera, kami bingung harus bagaimana. Jadi kami berharap pemerintah benar-benar melindungi Himatera ini, jangan sampai dirusak orang-orang yang tidak bertanggung jawab.”
Banyak pihak menegaskan, meski saat ini tengah diguncang, Himathera Indonesia tetap harus menjadi solusi utama ke depan. Sebagai rumah pembinaan dan pemulihan Sahabat Jiwa, keberadaannya tidak bisa digantikan oleh lembaga lain. Gangguan terhadap Himathera bukan hanya merugikan lembaga, tetapi juga menyangkut kepentingan kemanusiaan yang lebih luas.
Kini, publik menunggu langkah nyata Pemerintah Daerah, mulai dari DinsosPMD, Dinkes, Satpol PP, hingga Dinas Pariwisata, untuk bersama-sama menjaga, melindungi, dan memperkuat peran Himathera Indonesia. Sebab, keberlangsungan hidup dan pemulihan Sahabat Jiwa—termasuk ODGJ korban tabrak lari ini—sangat bergantung pada kepedulian semua pihak.(*)