Stop Kekerasan OPM: Perempuan dan Rakyat Papua Menjadi Korban Berulang

2 weeks ago 10

JAYAPURA - Seruan keras menggema dari berbagai kalangan masyarakat Papua, menuntut agar kekerasan berulang yang dilakukan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) segera dihentikan. Tindakan brutal yang terus terjadi tidak hanya menyasar aparat keamanan, tetapi juga perempuan dan rakyat sipil yang sama sekali tidak terlibat dalam konflik. Kondisi ini dinilai telah mencederai harkat kemanusiaan sekaligus menjerumuskan masyarakat Papua ke dalam lingkaran ketakutan yang tak berujung.

Perempuan Jadi Korban Kekerasan

Laporan dari lapangan menyebutkan bahwa perempuan Papua kerap menjadi sasaran intimidasi, penganiayaan, hingga pemerasan oleh kelompok OPM. Situasi ini memperburuk beban hidup mereka yang sejak lama sudah harus berjuang menghadapi kerasnya konflik di tanah kelahiran.

Tokoh perempuan Papua, Maria Wenda, dengan tegas mengecam tindakan tersebut.

“Perempuan Papua sudah cukup menderita akibat konflik. Jangan lagi kami dijadikan korban. Setiap tindakan kekerasan yang dilakukan OPM hanya memperdalam luka sosial dan menghancurkan masa depan generasi berikutnya, ” tegasnya, Senin (1/9/2025).

Maria menilai kekerasan terhadap perempuan bukan hanya persoalan keamanan, tetapi juga bentuk pelanggaran berat terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Rakyat Sipil Hidup dalam Ketakutan

Selain perempuan, masyarakat sipil di berbagai distrik juga tak luput dari ancaman. Pemalakan di jalan utama, penodongan senjata, hingga pembakaran rumah warga telah berulang kali terjadi. Akibatnya, banyak keluarga harus kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, bahkan orang-orang tercinta.

Tokoh masyarakat Kabupaten Puncak, Barnabas Murib, menggambarkan situasi mencekam yang dialami warganya.

“Kami hidup dalam rasa takut setiap hari. Warga hanya ingin bekerja di kebun, mencari nafkah, dan menyekolahkan anak-anak. Tetapi ancaman OPM membuat hidup kami tidak pernah tenang, ” ungkapnya penuh keprihatinan.

Suara Tokoh Adat dan Agama: Hentikan Kekerasan, Pilih Jalan Damai

Berbagai tokoh adat maupun agama sepakat menyuarakan hal serupa: hentikan kekerasan dan utamakan kedamaian. Mereka menekankan bahwa pembangunan Papua harus dilakukan melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, bukan lewat kekerasan bersenjata.

Pendeta Yulian Kobak pun menegaskan pesan moral yang sarat makna.

“Yesus mengajarkan kasih, bukan kekerasan. OPM harus menghentikan segala tindakan brutal. Jika benar berjuang untuk rakyat, maka dengarkanlah suara rakyat yang ingin hidup damai, ” tegasnya.

Harapan Baru untuk Papua

Seruan penghentian kekerasan ini menjadi cermin aspirasi rakyat Papua yang sesungguhnya. Mereka tidak ingin dijadikan tameng atau korban konflik berkepanjangan. Yang dibutuhkan saat ini adalah ruang aman untuk bekerja, belajar, dan membangun masa depan yang lebih baik.

Rakyat Papua kini lantang bersuara: mereka menginginkan kedamaian, bukan kekerasan.

(APK/ Jurnalis.id )

Read Entire Article
Karya | Politics | | |