PAPUA - Di tengah keheningan alam Papua yang indah, suara tembakan dan jerit tangis kembali menggema. Rakyat kecil, yang sejatinya hanya ingin hidup damai dan mengais rezeki dari tanah kelahirannya, kini menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Serangkaian aksi brutal yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah menewaskan puluhan warga sipil ibu, anak-anak, petani, buruh, dan warga tak berdosa lainnya. Jum'at 4 April 2025.
Insiden memilukan terbaru terjadi di Kabupaten Wamena, pertengahan Maret lalu. Dalam sebuah serangan membabi buta, 15 nyawa melayang, termasuk perempuan dan anak-anak, hanya karena mereka dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang berpihak kepada negara. Puluhan lainnya mengalami luka parah, trauma mendalam, dan kehilangan tempat tinggal karena pembakaran honai-honai dan fasilitas umum.
Kelompok separatis bersenjata ini tidak hanya merusak fasilitas, tetapi juga menghancurkan rasa aman. Mereka melakukan penyanderaan, pembakaran rumah warga, dan penembakan acak di permukiman penduduk. Padahal, para korban adalah rakyat biasa bukan aparat, bukan pejabat, hanya warga yang ingin hidup tenteram.
Pengamat politik dan keamanan dari Universitas Indonesia menyatakan, "Serangan terhadap masyarakat sipil merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Ini bukan bentuk perlawanan, ini adalah teror."
Banyak pihak meyakini bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan OPM bertujuan untuk menciptakan ketakutan, menghancurkan rasa percaya masyarakat terhadap negara, dan memancing perhatian global. Namun, yang mereka hancurkan adalah kehidupan rakyat sendiri mereka yang seharusnya dilindungi.
Organisasi HAM internasional mulai angkat suara. Mereka mengecam keras aksi kekerasan terhadap warga sipil di Papua dan meminta investigasi menyeluruh terhadap pelanggaran HAM yang terjadi. Dunia mulai melihat bahwa konflik ini tidak hanya menyangkut politik dan kedaulatan, tapi juga soal kemanusiaan yang tergadai.
Kondisi ini membuat masa depan Papua semakin buram. Harapan untuk membangun Papua yang damai, adil, dan sejahtera terkoyak oleh aksi keji yang menargetkan rakyat kecil.
Ketika senjata diarahkan bukan ke musuh bersenjata, tapi ke anak-anak dan ibu-ibu maka itu bukan perjuangan. Itu adalah kekejaman. (APK/Red 1922)