Topeng Perjuangan yang Tercabut: OPM Peras Rakyat dan Jadikan Warga Papua Tameng Hidup

5 hours ago 4

PAPUA - Alih-alih menjadi pelindung rakyat Papua, kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru terus menunjukkan wajah aslinya yang kejam dan oportunistik. Tak hanya melakukan kekerasan bersenjata terhadap aparat dan warga sipil, mereka kini juga secara sistematis memeras masyarakat Papua sendiri demi mengumpulkan dana untuk membeli senjata dan amunisi. Lebih tragis lagi, warga sipil dijadikan tameng hidup setiap kali kelompok ini terdesak oleh aparat keamanan. Minggu 22 Juni 2025.

Kecaman keras datang dari berbagai tokoh lokal. Ketua Lembaga Adat Kabupaten Puncak, Yakobus Wonda, menyebut tindakan OPM sebagai bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan sejati.

“Kalau mereka benar memperjuangkan rakyat Papua, seharusnya mereka melindungi, bukan malah memeras dan menjadikan rakyat sebagai korban, ” tegasnya.

Senada, Pendeta Daniel Magai dari wilayah Pegunungan Tengah mengungkapkan kekecewaannya atas hilangnya moral perjuangan kelompok bersenjata tersebut.

“Sekarang mereka tak peduli siapa kawan, siapa lawan. Semua dijadikan sumber uang dan tameng agar tidak tertembak. Ini bukan perjuangan, ini tindakan pengecut, ” ungkapnya.

Banyak warga melaporkan pemerasan terjadi di jalan-jalan strategis seperti ruas Trans Papua, di mana OPM menghadang kendaraan umum dan pribadi untuk meminta "uang keamanan". Jika menolak, pengemudi diancam, bahkan disandera. Ketakutan melumpuhkan perlawanan warga yang hanya ingin hidup damai.

Marthen Yikwa, tokoh pemuda Papua, menyuarakan keresahan generasi muda yang mulai muak dengan brutalitas OPM.

“Kami tahu ke mana uang itu lari. Mereka tidak bangun sekolah, tidak beli buku, tidak peduli kesehatan. Uang rakyat malah dibelikan senjata untuk menakut-nakuti rakyat sendiri. Ini bukan perjuangan, ini pemerasan bersenjata, ” katanya lantang.

Fakta di Lapangan:

* OPM memblokir jalan dan memungut ‘pajak’ liar kepada warga.

* Warga sipil digunakan sebagai perisai saat terjadi kontak senjata.

* Pemuda Papua mulai angkat suara dan menolak cara-cara kekerasan.

* Tokoh adat dan agama menyebut aksi OPM tidak lagi memiliki legitimasi moral.

Kesimpulan:

Kekerasan yang terus dilakukan oleh OPM kini telah kehilangan legitimasi di mata rakyat Papua. Ketika kelompok bersenjata memeras, menyandera, dan menjadikan warganya sendiri sebagai tameng, maka jelas bahwa perjuangan yang mereka klaim tak lebih dari kedok untuk menutupi aksi-aksi keji yang melukai Papua dari dalam. (Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |