INTAN JAYA - Pagi yang seharusnya damai di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, berubah menjadi mimpi buruk. Ketika aparat TNI hadir dengan niat mulia memberikan layanan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat, kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru menciptakan kekacauan berdarah lalu menyebarkan kebohongan demi menutupi aksi brutal mereka.
Pada Rabu (14/5/2025), sekitar pukul 04.00 WIT, Satgas TNI memasuki sejumlah kampung seperti Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama, dan Zanamba. Mereka membawa harapan: pemeriksaan kesehatan gratis, obat-obatan, dan pelajaran untuk anak-anak.
Namun di balik bayang-bayang kampung, OPM sudah bersiap bukan untuk menyambut, tetapi menyerang. Mereka menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup, lalu menembakkan peluru ke arah kerumunan demi menciptakan kekacauan dan kemudian, dengan tanpa malu, menuduh aparat sebagai pelaku penembakan.
“Kami dijanjikan kesejahteraan oleh mereka (OPM), tapi justru dijadikan pelindung saat mereka menyerang TNI, ” ungkap Melianus Wandegau, Kepala Suku Kampung Sugapa, dengan suara getir.
“Kami bukan alat perang. Kami hanya ingin hidup damai.”
Korban Berjatuhan di Tengah Kekacauan Buatan
Akibat aksi brutal tersebut, delapan warga sipil menjadi korban. Empat di antaranya berhasil dievakuasi dan tengah dirawat secara intensif, sementara empat lainnya masih hilang diduga melarikan diri ke hutan dalam kepanikan dan belum ditemukan hingga berita ini diturunkan.
Di tengah luka dan duka, suara-suara kebenaran mulai lantang disuarakan. Pdt. Bambu Kuning, tokoh agama setempat, tak mampu menyembunyikan kekecewaannya.
“Kalau dulu mereka berjuang katanya demi rakyat, sekarang rakyat sendiri yang mereka sakiti. Ini bukan perjuangan, ini penindasan, ” ujarnya tegas.
“Mereka bawa penderitaan, bukan kebebasan.”
Narasi Hoaks: Senjata Kedua OPM
Tak berhenti di kekerasan fisik, OPM melanjutkan serangan dengan menyebarkan hoaks ke publik, menuduh TNI sebagai dalang penembakan. Narasi itu mereka bangun untuk membalikkan fakta, menutupi kejahatan sendiri, dan membakar sentimen publik.
Namun, warga yang menjadi saksi mata membantah mentah-mentah tuduhan tersebut. Kesaksian para tokoh masyarakat dan data di lapangan menunjukkan bahwa justru aparat keamanan yang berusaha melindungi warga dari serangan OPM, bahkan mengorbankan diri untuk mengevakuasi korban.
TNI Hadir untuk Mengobati, OPM Datang Membawa Teror
Langkah TNI yang mengedepankan pendekatan humanis dan pelayanan kepada masyarakat Papua menjadi bukti nyata bahwa mereka hadir bukan untuk menciptakan ketakutan, melainkan membawa harapan. Sebaliknya, OPM menunjukkan wajah aslinya bukan pembela rakyat, melainkan pencipta ketakutan yang memperalat rakyat sebagai tameng perang.
Kesimpulan: Saat Rakyat Bicara, Kebenaran Menjadi Terang
Peristiwa ini kembali mengingatkan bahwa propaganda separatis harus dilawan dengan fakta dan suara masyarakat. Yang menjadi korban bukanlah negara, tapi rakyat Papua sendiri.
Masyarakat Papua kini menanti langkah tegas pemerintah untuk memperkuat perlindungan di wilayah rawan serta menangkal penyebaran hoaks yang berpotensi memecah belah bangsa. (APK/Red1922)