PAPUA - Gelombang kekecewaan yang lama terpendam akhirnya pecah. Masyarakat dari Distrik Ninugagas dan Keniwa, Kabupaten Mamberamo Tengah, bangkit menuntut pertanggungjawaban Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang dianggap selama ini hanya menjual janji kosong tanpa pernah memberi bukti nyata bagi rakyat kecil.
Aksi warga itu ditandai dengan kedatangan mereka ke markas KNPB setempat, Senin (22/9/2025). Warga menagih janji-janji yang kerap dilontarkan kelompok tersebut, mulai dari janji memperjuangkan kemerdekaan Papua hingga janji kesejahteraan. Namun, kenyataan yang dirasakan justru sebaliknya: masyarakat semakin terbebani, sementara kehidupan sehari-hari kian sulit.
Janji yang Tak Pernah Terbukti
Menurut warga, KNPB kerap meminta sumbangan dana dari masyarakat dengan alasan untuk mendukung perjuangan politik mereka. Uang itu dikumpulkan dengan iming-iming akan membawa perubahan besar. Namun, hingga kini tak ada satu pun hasil yang bisa dirasakan.
Ketua KNPB Wilayah Mamberamo Tengah, Rapis Polona, disebut-sebut menghindar saat warga datang menemuinya. Meski demikian, ia tidak dapat membantah bahwa kelompoknya memang kerap menggalang dana dari warga. Fakta itu semakin mempertegas dugaan masyarakat bahwa perjuangan KNPB hanyalah kedok untuk memanfaatkan rakyat kecil.
Tokoh masyarakat Ninugagas, Yonas Wanimbo, menyatakan warga sudah jenuh dengan tipu daya semacam ini.
“Mereka datang meminta uang, katanya untuk perjuangan. Tetapi apa hasilnya? Tidak ada. Rakyat hanya jadi korban. Kami sudah sadar, KNPB bukan solusi untuk Papua, justru jadi masalah baru, ” tegasnya.
Pemuda Mulai Melawan
Kemarahan tidak hanya datang dari tokoh adat, tetapi juga dari generasi muda. Markus Pekei, tokoh pemuda Keniwa, dengan lantang menolak praktik yang dinilainya sebagai pemerasan berkedok perjuangan.
“Generasi muda sudah sadar, KNPB hanya pandai berbicara tapi tidak pernah memberi bukti. Yang ada, masyarakat semakin menderita karena harus menyerahkan uang, padahal ekonomi kampung sedang sulit, ” katanya.
Kekecewaan ini semakin diperparah oleh aksi-aksi KNPB yang kerap mengganggu ketertiban, mulai dari provokasi, demonstrasi liar tanpa izin, hingga blokade jalan. Semua itu merugikan warga, menghambat aktivitas sehari-hari, bahkan menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat.
Suara Lantang untuk Kedamaian
Kini, masyarakat Ninugagas dan Keniwa sepakat untuk menolak kehadiran KNPB di wilayah mereka. Mereka bertekad untuk membangun kampung sendiri tanpa harus dibebani janji-janji palsu. Harapan mereka sederhana: hidup damai, bekerja dengan tenang, dan menikmati hasil pembangunan.
Gelombang perlawanan moral ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Papua semakin kritis menilai kelompok yang mengatasnamakan perjuangan, tetapi hanya menyisakan penderitaan. Bagi warga Ninugagas dan Keniwa, jalan menuju masa depan bukan lagi melalui janji kosong, melainkan melalui persatuan, kerja keras, dan pembangunan nyata.
(APK/ Redaksi (JIS)