NEW YORK - Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan mengukir sejarah dengan menyampaikan pidato perdananya di forum bergengsi Sidang Umum Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Kehadiran ini menjadi momentum penting, menandai kali pertama seorang Presiden RI hadir langsung dalam sidang tersebut setelah satu dekade.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Anton Sukartono Suratto, menyuarakan harapan agar pidato Presiden Prabowo dapat menyoroti tiga pilar krusial yang akan menegaskan kepemimpinan Indonesia di panggung global. Anton menekankan pentingnya komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia, dengan isu kemerdekaan Palestina sebagai prioritas utama.
"Pertama, penegasan komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia. Isu kemerdekaan Palestina harus menjadi perhatian utama. Indonesia bisa berperan sebagai jembatan perdamaian. Kita adalah kekuatan moderat yang bisa mendorong solusi ideal berupa pengakuan kedaulatan penuh Palestina, sesuai prinsip two-state solution. Bapak Presiden bisa memanfaatkan keberhasilan Indonesia dalam memimpin ASEAN sebagai contoh, " kata Anton kepada wartawan, Minggu (21/9/2025).
Lebih lanjut, Anton menggarisbawahi perlunya Indonesia untuk secara aktif menyuarakan tantangan perekonomian global. Ia berharap agar Indonesia dapat mendesak lembaga-lembaga internasional seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia untuk menunjukkan responsivitas yang lebih besar terhadap kebutuhan negara-negara berkembang atau negara selatan.
"Kedua, pidato juga perlu menyoroti tantangan perekonomian dunia, di mana Indonesia harus bisa tampil sebagai kekuatan baru yang memimpin solidaritas negara-negara Selatan. Kita bisa menginspirasi negara lain dalam memperjuangkan keadilan, keseimbangan, dan kemandirian ekonomi global, " ujar Anton.
Anton menambahkan, seruan ini akan mencakup desakan bersama negara-negara Selatan kepada PBB, IMF, dan Bank Dunia agar lebih adil dan responsif terhadap kebutuhan mereka.
Legislator dari Partai Demokrat ini juga berharap Presiden Prabowo akan menyinggung peningkatan kapasitas Indonesia, khususnya dalam bidang militer dan teknologi. Hal ini diharapkan dapat memperluas pengaruh diplomasi Indonesia ke kancah internasional.
"Ketiga, yang tidak kalah penting. Pidato Presiden saya harap bisa menyinggung soal peningkatan kapasitas Indonesia. misalnya peningkatan militer dan teknologi yang sedang kita lakukan atau contoh keberhasilan diplomasi ekonomi yang kita lakukan sehingga dapat menggambarkan peningkatan kapasitas dan pengaruh Indonesia, " ucapnya.
Anton menilai kehadiran Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB merupakan manifestasi nyata dari prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Ia optimis bahwa pidato tersebut akan memperkuat posisi strategis Indonesia sebagai penghubung antara negara maju dan negara berkembang.
"Pidato Presiden adalah wujud nyata dari prinsip politik luar negeri bebas aktif. Tujuannya tidak hanya menjaga kepentingan nasional, tetapi juga menunjukkan komitmen Indonesia kepada dunia. Saya yakin isi Pidato Presiden nanti akan dapat mempertegas posisi strategis Indonesia sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang, " ungkapnya.
Sidang Umum PBB ke-80 tahun ini mengusung tema "Better Together, Eight Years and More for Peace, Development and Human Rights", yang bertujuan untuk memperbarui semangat multilateralisme di tengah dinamika global saat ini. Menteri Luar Negeri Sugiono menjelaskan bahwa tema ini sangat relevan dengan kondisi dunia yang kompleks.
Presiden Prabowo dijadwalkan tiba di Amerika Serikat pada 23 September dan akan menghadiri berbagai agenda penting. Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo akan berbicara setelah Presiden Brasil dan Amerika Serikat, sebuah posisi yang menunjukkan bobot dan signifikansi pidato tersebut. (PERS)